Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

JELANG KTT APEC: Terdesak TPP, China Pacu FTAAP

China mengharapkan adanya kemajuan yang berarti dalam pembahasan kerjasama Kawasan Perdagangan Bebas Asia Pasifik (FTAAP) dalam pertemuan Asia Pacific Economic Cooperation (APEC) di Peru, November depan
Negara-negara anggota Apec./.apecbeijing2014.com
Negara-negara anggota Apec./.apecbeijing2014.com

Bisnis.com, JAKARTA—China mengharapkan adanya kemajuan yang berarti dalam pembahasan kerja sama Kawasan Perdagangan Bebas Asia Pasifik (FTAAP) dalam pertemuan Asia Pacific Economic Cooperation (APEC) di Peru, November depan.

Dalam kunjungannya ke Lima, Peru pada Kamis (6/10/2016), Menteri Luar Negeri China Wang Yi mengatakan, pada dasarnya studi kelayakan tentang pelaksanaan FTAAP telah selesai. Untuk itu, dia berharap dalam KTT APEC mendatang, para negara anggota dapat menyetujui kerangka konsep FTAAP, sehingga dapat segera dilaksanakan tepat waktu.

“China berharap kerangka konsep dan studi kelayakan kami terkait FTAAP dapat disepakat bersama dalam KTT APEC. Sehingga kerjasama ini dapat dilaksanakan sesuai jadwal,” katanya seperti dikutip Reuters, Kamis (6/10/2016).

Seperti diketahui, dalam pertemuan APEC dua tahun yang lalu, Presiden China XI Jinping telag mendesak anggota organisasi internasional tersebut untuk mempercepat pembicaraan FTAAP. Alhasil, para peserta pun menyetujuinya, sehingga Jinping pun menyebutnya sebagai langkah bersejarah APEC bagi China.

Menurut Wang, FTAAP dapat dijadikan salah satu solusi dalam memerangi sentimen proteksionisme perdagangan dan anti-globalisasi yang meningkat akhir-akhir ini

Sementara itu, sejumlah pihak menilai, Negeri Panda sengaja mendesak pembahasan FTAAP sebagai cara untuk mengalihkan perhatian dunia dari Trans Pacific Patnership (TPP). Seperti diketahui, TPP yang diprakarsai oleh AS dan Jepang tersebut sedang menemui jalan buntu.

Kerja sama tersebut terancam batal dilaksanakan dokumen ratifikasi tak segera diresmikan oleh Kongres AS pada tahun ini atau sebelum masa jabatan Barrack Obama usai pada Februrari 2017.

Pasalnya, kedua capres AS baik Hillary Clinton dan Donald Trump sama-sama mengusung misi untuk mengoreksi atau membatalkan kerja sama TPP. Meningkatnya sentimen populis anti-globalisasi di AS sangat dimanfaatkan oleh para capres, termasuk dengan mengusung isu pembatalan TPP.

Sementara itu, menganggapi tudingan tersebut Wang justru mengatakan bahwa seluruh usulan perdagangan bebas yang dilakukan di Asia-Pasifik harus dilaksanakan dengan terbuka, tidak tertutup, dan inklusif.

"Tidak peduli apakah itu TPP atau RCEP. Aturan perdagangan internasional harus diputuskan dan dilaksanakan melalui konsultasi yang sama dari semua pihak, bukan hanya satu atau dua pihak yang memiliki kata akhir," ujarnya.

Seperti diketahui, saat ini China juga tengah tertarik untuk bergabung dalam kerja sama Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP). Kerja sama tersebut diiukit oleh negara-negara Asean ditambah oleh China, Jepang, Korea Selatan, India, Australia dan Selandia Baru.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper