Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tiga Kementerian Bersinergi Serius Bangun Kereta Cepat Jakarta-Bandung

Pemerintah lewat tiga kementerian berkomitmen menanda tangani nota kesepahaman sebagai bentuk sinergi untuk meneruskan proyek kereta cepat Jakarta – Bandung.
Kereta api cepat./JIBI
Kereta api cepat./JIBI

Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah lewat tiga kementerian berkomitmen menanda tangani  nota kesepahaman sebagai bentuk sinergi untuk meneruskan proyek kereta cepat Jakarta – Bandung. 

Kerja sama lintas kementerian tersebut melibatkan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC), dan Indonesia Railway Manufacturer Association (IRMA) yang masing-masing di bawah asuhan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, Kementerian BUMN, dan Kementerian Perindustrian. 

Kepala BPPT Unggul Priyanto mengatakan sinergi lintas kementerian tersebut diharapkan industri dalam negeri tidak hanya mampu memproduksi komponennya, tapi juga dengan perakitan gerbong kereta di dalam negeri. 

“Selama ini ada tudingan semua teknologi dari China, dengan MoU ini kami semua bekerja sama untuk mendampingi KCIC dalam transfer teknologi dan industri pendukung. Boleh saja nanti ada transfer teknologi, nanti kami akan usahakan buat sendiri,” ujarnya di kantor BPPT, Selasa (26/7). 

Dalam pembangunan Kereta cepat Jakarta – Bandung berkecepatan 220 km/jam yang akan dibangun sepanjang 142 kilometer akan menggandeng perusahaan BUMN seperti PT LEN dan INKA sebagai pemasok komponen terbesar dan juga swasta. 

Menurutnya, selain komponen, BPPT akan berperan dalam infrastruktur pendukung proyek tersebut seperti desain jembatan dan terowongan. 

Bentuk kerja sama pembangunan sarana dan prasarana tersebut meliputi jalur rel, koneksi sinyal, gerbong, kereta, railway traction power supply, dan sarana keselamatan. Guna mendukung proyek kereta cepat, pihaknya telah menyiapkan 100 sumber daya manusia. 

Direktur Utama KCIC Hanggoro Budi menyatakan target tahun ini bisa memenuhi progres mencapai 20% dengan target operasi pada 2019. 

“Lahan masih berporses, sosialisasi, ada beberapa yang sudah dibayar, tapi masih terpencar. Andalan kami tanah di Walini 1.270 hektare kurang lebih 60% sudah siap. Tanah di Halim masih proses mediasi dan sudah mengerucut,” paparnya. 

Hanggoro menyebutkan nilai proyek tersebut sekitar US$5,135 miliar termasuk infrastruktur dan komponen kereta, tapi angka tersebut masih dalam feasibility study. 
Dia menyatakan moda tranportasi tersebut sudah berstatus aman karena pihaknya telah melakukan mitigasi risiko keselamatan bersama BPPT, termasuk adaptasi teknologi dari China untuk diaplikasikan di Tanah Air. 

Ketua IRMA, Toni Budi Santoso mengklaim tingkat komponen dalam negeri (TKDN) yang mampu dicapai seluruh cakupan proyek kereta cepat tersebut bakal mencapai 60%. Adapun untuk komponen kereta barus bisa mencapai 30%. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper