Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

KARTINI MASA KINI: Menebar Manfaat Melalui Pendidikan

Berawal dari keinginan untuk memberikan pendidikan yang berkualitas kepada anak-anak yang terlahir dari keluarga yang kurang mampu secara ekonomi, Betty Ariantiseorang ibu dengan tiga orang anak mendirikan sekolah PAUD pada 17 Juli 2007
Ilustrasi/www.kejarpaket.com
Ilustrasi/www.kejarpaket.com

Bisnis.com, JAKARTA- Berawal dari keinginan untuk memberikan pendidikan yang berkualitas kepada anak-anak yang terlahir dari keluarga yang kurang mampu secara ekonomi, Betty Arianti—seorang ibu dengan tiga orang anak –mendirikan sekolah PAUD pada 17 Juli 2007.

Dari keinginan dan semangat menebar manfaat untuk umat itu pula yang membuat Betty menerapkan sistem pembayaran uang sekolah dengan metode per kedatangan, sistem itu diberlakukan semenjak awal berdirinya PAUD An Nahl Education, yang berlokasi di Jalan Tan Malaka km 9 Tabek Panjang Kecamatan Payakumbuh Kabupaten Lima Puluh Kota
Sumatra Barat.

Setiap kali datang, para murid cukup membayar Rp3.000 per hari di kotak kejujuran yang sudah disediakan, tanpa adanya pencatatan. Itu artinya, kalau anak berhalangan hadir, pembayaran uang sekolah tidak harus dilakukan.

“Cukup bayar Rp3.000 saja, seharga dua ikat sayur kangkung, dan dibayar per hari di kotak jujur yang sudah disediakan, tanpa pencatatan sama sekali. Jadi butuh kejujuran orang tua dan anak,” tuturnya. Untuk seragam sekolah, Betty yang dulunya pernah menjadi PNS ini menjelaskan, sekolahnya tidak menerapkan  aturan para murid harus berseragam.

Bahkan, untuk anak-anak yang tidak mempunyai sepatu pun juga bisa ikut menikmati pendidikan di sekolah yang kini sudah memiliki 11 orang tenaga pengajar dan seorang tenaga administrasi. 

Betty menceritakan, pada minggu awal berdiri, murid di An Nahl hanya ada 12 orang yang dikumpulkan door to door, dengan melobi para orang tua agar mau mengantarkan anaknya untuk belajar bersama.

Berkat dukungan keluarga—terutama suami tercinta dan anak-anak—dan masyarakat sekitar, jumlah muridnya pada akhir bulan pertama sudah bertambah menjadi 30 orang, dan terus meningkat setiap tahunnya sampai dirinya harus membatasi jumlah murid karena keterbatasan tempat dan tenaga.

Rata-rata, jelasnya, jumlah murid per tahun lebih kurang 160 orang, dan biasanya setiap awal semester kedua, pendaftaran murid baru untuk tahun depannya sudah ditutup.

PENDIDIKAN KARAKTER

Terkait pendidikan yang diberikan di An Nahl, dengan uang Rp3.000 tersebut, anak-anak bisa mendapatkan pendidikan karakter atau pendidikan akhlak dan adab.

Setiap hari selama 20 menit-30 menit, ada pendidikan akhlak yang disajikan lewat knowing (pengenalan,penggalian informasi lewat diskusi dan tanya jawab), feeling (menggali perasaan) lewat cerita beserta contoh-contohnya dan acting (praktik langsung).

Dalam keseharian, pendidikan akhlak itu juga terinternalisasi dalam proses belajar, bermain, dan berkegiatan apa saja, baik di sekolah maupun di rumah. Tentu saja, pembelajaran tersebut disajikan dan dibungkus dengan nilai-nilai agama.

“Yang tak kalah penting juga, di An Nahl itu adalah pendidikan parenting. Tanggung jawab utama pendidikan anak ada pada orang tua karena orang tualah yang akan ditanya kelak di akhirat, makanya An Nahl sifatnya hanya membantu orang tua,” tutur Betty.

KEGIATAN PARENTING

Itu sebabnya, setiap bulannya selalu diadakan kegiatan parenting yang dinamakan dengan Forswa (Forum Silaturrahiim Wali Murid An Nahl) yang sebagian besar temanya adalah tentang pendidikan anak dan keluarga. Selain itu, ada pula forum khusus bagi ibu-ibu yang masih ingin memperdalam tentang pendidikan anak dan keluarga yang pertemuannya bisa diadakan setiap minggu.

Kesemua kegiatan itu juga tanpa bayaran alias gratis, hanya orang tua perlu korban waktu saja. Betty yang saat ini juga menjadi praktisi homeschooling termasuk bagi ketiga buah hatinya—Aisyah (14), Fathimah (12), dan Abdurrohiim (6)—masih menghadapi sejumlah tantangan dalam mengembangkan pendidikan karakter di sekolahnya. Hingga kini, dia belum bisa menghadirkan seluruh wali murid dalam kegiatan parenting, paling banyak baru sekitar 75%-80%, mengingat beragamnya kegiatan dan profesi wali murid.

Menurut dia, masih ada orang tua murid yang menyerahkan anaknya ke sekolah, tanpa memedulikan tanggung jawabnya sendiri sebagai orang tua. Di sisi lain, dia juga memiliki harapan agar pola pendidikan yang sudah diterapkan di sekolahnya selama ini dapat terus berlanjut ke tingkat yang lebih tinggi, tak hanya sebatas di usia dini dan anak-anak aja.

“Jangan sampai setahun atau dua tahun di TK, anak-anak sudah lupa dengan pendidikan yang diberikan di sekolah. Itulah kenapa orang tua sangat memegang peranan penting,” katanya.

Semoga pola pendidikan yang sudah diterapkan oleh para guru di An Nahl ini juga bisa menjadi inspirasi dan contoh bagi para pendidik di sekolah lain dan daerah lainnya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : News Editor
Sumber : Bisnis Indonesia, Minggu (23/4/2016)

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper