Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Cuaca Ekstrem, Hasil Tangkapan Nelayan Pantura Anjlok 50%

Produksi perikanan tangkap di Pantai Utara Jawa Barat anjlok 50% akibat kondisi cuaca ekstrem sehingga mayoritas nelayan memilih tidak melaut.
Ikan hasil tangkapan nelayan. /Antara
Ikan hasil tangkapan nelayan. /Antara

Bisnis.com, BANDUNG - Produksi perikanan tangkap di Pantai Utara Jawa Barat anjlok 50% akibat kondisi cuaca ekstrem sehingga mayoritas nelayan memilih tidak melaut.

Ketua Bidang Perikanan Tangkap Kontak Tani dan Nelayan Andalan (KTNA) Jabar Royani mengungkapkan penurunan produksi perikanan tangkap terjadi sejak akhir tahun lalu.

Menurutnya, nelayan di kawasan Pantura hanya memiliki kapal di bawah 20 gross ton sehingga sulit melalui gangguan gelombang tinggi serta angin kencang.

"Nelayan yang berani melaut menggunakan kapal di atas 20 gross ton, itu pun tidak maksimal karena khawatir dengan gelombang tinggi," ujarnya kepada Bisnis, Rabu (2/3/2016).

Dia mencontohkan produksi perikanan tangkap di Kabupaten Indramayu saat ini hanya 30 ton per hari. Padahal dalam kondisi normal mampu tembus 60 ton per hari.

Royani meminta pemerintah mencari solusi bagi nelayan di saat cuaca ekstrem seperti saat ini. Sebab, dengan libur melaut sebagian besar nelayan tidak memiliki pendapatan.

Dia menyebut salah satu solusi yang bisa diterapkan pada nelayan yakni transfer teknologi untuk meningkatkan keahlian melaut. "Jadi di saat cuaca ekstrem nelayan bisa mencari alternatif usaha misalnya dengan mengolah ikan atau yang lainnya," katanya.

Adapun mengenai rencana bantuan kapal nelayan dari pemerintah pusat, hal tersebut perlu ditunjang dengan transfer teknologi. Pihaknya mengkhawatirkan bantuan kapal yang diberikan tidak akan optimal akibat keahlian nelayan terbatas.

Saat ini sebagian besar nelayan tradisional tidak mampu meningkatkan produksi perikanan tangkap akibat keahlian yang terbatas. "Masih banyak nelayan tradisional yang belum menguasai teknologi terutama dalam pengoperasian kapal besar," ungkapnya.

Dengan kondisi tersebut, Royani pesimistis nelayan tradisional mampu berdaya saing saat Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) yang sudah berjalan. Sebab, nelayan di beberapa negara Asean sudah banyak yang menguasai teknologi serta mengoperasikan kapal-kapal besar sehingga hasil tangkapannya cukup tinggi.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper