Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Feed In Tariff Berpeluang Turun Hingga 15%

Patokan pembelian harga listrik yang bersumber dari energi baru terbarukan (feed in tariff) berpeluang diturunkan hingga 15% bila proyek dalam program Indonesia Terang terealisasi sebesar 500 mega watt.
Suasana pada ajang pameran kelistrikan dan energi terbarukan./Ilustrasi-electricindonesia.com
Suasana pada ajang pameran kelistrikan dan energi terbarukan./Ilustrasi-electricindonesia.com

Bisnis.com, JAKARTA - Patokan pembelian harga listrik yang bersumber dari energi baru terbarukan (feed in tariff) berpeluang diturunkan hingga 15% bila proyek dalam program Indonesia Terang terealisasi sebesar 500 mega watt.

Adapun, program ini perincian dari proyek 35.000 MW dengan mengutamakan enam provinsi yang minim listrik seperti Papua, Papua Barat, Maluku, Maluku Utara, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. Total kapasitas yang perlu dipasang 180 MW dengan konsumsi rata-rata listrik per hari 0,6 kilo watt per hour untuk setiap kepala keluarga. Dengan jumlah desa 6.926 desa dari 10.300 desa pada 2019.

Direktur Jenderal Energi Terbarukan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Rida Mulyana mengatakan pihaknya sedang melakukan perhitungan agar bisa menarik investor. Asumsinya, saat 500 MW terbangun feed in tariff bisa turun hingga 15% atau 10 sen per kWh dalam 2 sampai 4 tahun ke depan.

"Kami berasumsi 500 MW bermain 10% sampai 15% turunnya feed in tariff-nya. 2 sampai 4 tahun ke depan atau sekitar 10 sen per kWh," ujarnya dalam jumpa pers di Hotel Dharmawangsa, Jakarta, Minggu (28/2/2016).

Cara ini penting dilakukan karena proyek EBT dianggap kurang menarik bagi investor. Sedangkan, dari segi finansial pemerintah hanya mampu membangun 120 desa dalam setahun. Alhasil, untuk menyentuh 12.000 desa saja diperlukan 100 tahun. Dengan demikian, percepatan mutlak diberikan. Ketentuan lebih detail terkait proyek ini akan diatur dalam peraturan menteri yang memberi ruang lebih kepada swasta.

"Kita menyediakan regulasi yang memungkinkan swasta dilibatkan," katanya.

Dalam kesempatan yang sama, William Sabandar, Ketua Tim Percepatan Energi Baru Terbarukan, Kementerian ESDM mengatakan pihaknya akan skema yang bisa membuat nilai pengembalian investasi (internal rate of return/IRR) yang bisa menarik bagi investor. Pasalnya, investasi di bidang EBT sangat mahal dan memiliki IRR rendah. Adapun, pihaknya juga menarik organisasi non pemerintah atau pihak terkait selain investor untuk membantu studi kelayakan. Tujuannya, agar IRR bisa terdorong menjadi 13 sampai 15.

"Kementerian ESDM sedang koordinasikan, untuk bisa menjadi dana pemancing, untuk FS (feasibility study) atau VGF (viability gap fund) -- ini untuk menaikkan IRR, sehingga menarik investor," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper