Bisnis.com, JAKARTA—Indonesia Properti Watch melansir pertumbuhan penjualan properti residensial di Kota Bekasi di kuartal IV/2015 mencapai 72,01% dibanding kuartal sebelumnya, jauh lebih tinggi dibandingkan kota penyangga Jakarta lainnya.
Tingkat penjualan di kuartal IV/2015 di wilayah Bodetabek-Banten secara rata-rata menunjukkan kenaikan sebesar 16,6% dibandingkan kuartal sebelumnya, yakni Rp1,19 triliun. Namun, secara tahunan, angka tersebut lebih rendah -10,87% dibandingkan periode yang sama di 2014.
CEO Indonesia Property Watch Ali Tranghanda mengatakan, pola pertumbuhan ini memang belum dapat dipastikan akan berlanjut. Akan tetapi, pertumbuhan penjualan di kuartal akhir 2015 ini memberikan sinyal positif bagi pasar perumahan tahun ini, setelah tren penurunan yang terjadi di dua kuartal sebelumnya.
Ali mengatakan, dibandingkan Bekasi, kota penyangga lainnya tumbuh tidak begitu signifikan. Bogor hanya tumbuh 15,44%, sementara Tangerang justru masih turun sebesar -8,52%. Harga yang masih kompetitif dan juga geliat pembangunan infrastruktur menjadi penyokong utama pertumbuhan penjualan di Bekasi.
“Infrastruktur di Bekasi lagi giat, termasuk harga tanah yang relatif masih lebih rendah dibandingkan wilayah penyangga Jakarta lainnya,” katanya kepada Bisnis melalui pesan elektronik, dikutip Jumat (5/2/2016).
Selain Bekasi, menurutnya Bogor dan Depok berpotensi untuk memberikan kontribusi positif bagi pasar residensial, di tengah kenaikan harga yang sudah tinggi di wilayah Jakarta dan Tangerang. Koneksi dengan mass transportation nantinya seperti MRT dan LRT akan membuat wilayah-wilayah yang terhubung akan memiliki nilai tambah.
Sebelumnya, Kepala Dinas Perdagangan, Perindustrian dan Koperasi Kota Bekasi, Aceng Solahudin mengatakan, semakin banyak investor yang mulai melirik potensi investasi di Bekasi. Saat ini, pemerintah kota sedang berkonsentrasi pada pembenahan infrastruktur.
Menurutnya, ada sektiar 21 titik kemacetan dan banjir di Bekasi yang saat ini tengah diselesaikan. Bersama sejumlah investor, satu per satu titik tersebut akan diatasi dalam dua hingga tiga tahun mendatang.
Saat ini, dari sekitar 200 km persegi wilayah Bekasi, menurutnya baru sekitar 3%--4% yang dimanfaatkan untuk hunian. Menurutnya, dalam tiga hingga empat tahun mendatang, akan ada sekitar 300 menara apartemen baru yang akan dibangun di Bekasi.
“Bekasi ini punya delapan pintu masuk menuju Jakarta. Saat ini, mungkin hampir satu juta penduduk Bekasi yang beraktivitas di Jakarta. Ketika hunian Jakarta sudah penuh, pilihan yang paling dilirik adalah Bekasi, sementara Bogor agak jauh,” katanya.
Direktur Eksekutif Pusat Studi Properti Indonesia (PSPI) Panangian Simanungkalit mengatakan, pembangunan infrastruktur yang masif saat ini mendorong penyesuaian baru bagi wilayah penyangga Jakarta.
Ketika masalah transportasi teratasi, pertumbuhan tren hunian di wilayah penyangga Ibu Kota akan menjadi kian cepat. Meski begitu, di antara kota penyangga lainnya, menurutnya Bekasi merupakan kota yang paling dinamis bagi investasi properti residensial kelas menengah.
Wilayah penyangga Jakarta ini dicirikan oleh perkembangan kawasan industri dan pertumbuhan pekerja kelas menengah yang tinggi. Sementara itu, Kota Tangerang lebih didominasi kalangan pebisnis dan masyarakat kelas menengah atas, sedangkan Bogor sudah lebih bercampur.
Selain itu, Bekasi sangat diuntungkan dengan pembangunan sejumlah infrastruktur akses Jakarta, antara lain tol Bekasi—Cawang—Kampung Melayu, tol Cimanggis—Cibitung, jalur ganda kereta api, dan light rail transit (LRT). Tren hunian vertikal di Bekasi pun menurutnya akan meningkat di masa mendatang seiring semakin banyaknya pekerja yang menyasar hunian di wilayah penyangga.
“Pertumbuhan kelas menengah akan mencapai hampir dua kali lipat dalam sepuluh tahun mendatang. Ini akan menjadi segmen pasar yang paling besar. Bekasi ini wilayah pusat pertumbuhan, sehingga potensinya tentu sangat tinggi,” katanya.
Riset IPW menunjukkan, sepanjang kuartal IV/2015 lalu, penjualan di segmen menengah dengan kisaran harga hunian antara Rp500 juta hingga Rp1 miliar menguat sebesar 48,9% di wilayah penyangga Jakarta secara rata-rata. Menyusul setelahnya segmen menengah-bawah bertumbuh sebesar 26,8%, sementara menengah-atas bertumbuh 21%.
Meski memproyeksikan potensi yang tinggi dari pasar di Bekasi, IPW memperingatkan untuk hati-hati terhadap potensi over supply apartemen menengah di Bekasi. Sementara itu, perumahan kelas menengah dinilai masih berpotensi prospektif.
IPW juga memproyeksikan potensi arus investasi asing masih akan mengincar wilayah-wilayah industri seperti Cikarang dan Karawang sepanjang 2016. Hal ini turun mendorong potensi permintaan perumahan ataupun apartemen untuk disewakan bagi para ekspatriat di sana.