Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penjualan Furnitur Cenderung Stagnan

Penjualan furniture di Semarang pada tahun ini diperkirakan cenderung stagnan, meski masih terdapat potensi terjadinya pertumbuhan
Ilustrasi./.
Ilustrasi./.

Bisnis.com, SEMARANG- Penjualan furnitur di Semarang pada tahun ini diperkirakan cenderung stagnan, meski masih terdapat potensi terjadinya pertumbuhan.

Pemilik perusahaan furnitur Rumah Kita Jimmy Jati Utomo mengatakan pertumbuhan penjualan sebesar 20% pada tahun ini lebih didorong oleh peningkatan harga jual yang terjadi.

"Kalau dari jumlah barang yang dijual mungkin tidak banyak berubah. Kami berharap pertumbuhan bisa mencapai 30%-an, seiring dengan perbaikan ekonomi," ujarnya di sela Pameran Rumah Kita di Mal Ciputra Semarang.

Dia menjabarkan pada semester II/2015, penjualan furnitur mengalami penurunan sekitar 15%-25% dibandingkan semester sebelumnya. Meskipun demikian, secara tahunan penjualan pada tahun lalu masih mencatatkan pertumbuhan sekitar 30%.

"Penyebabnya banyak, salah satunya adalah penyerapan APBN yang lambat. Akhirnya berpengaruh juga kepada bisnis ini. Sulit untuk growth. Selain itu, kompetisi juga sangat ketat. Sebagian kecil perusahaan sudah meningkatkan harga jual sekitar 15%-20%, karena peningkatan nilai tukar dolar terhadap rupiah," ujarnya.

Meskipun demikian, sebagian besar perusahaan masih menahan untuk tidak menaikkan harga, sebagai upaya menjaga pasar. Di saat kondisi perekonomian seperti ini, sambungnya, perusahaan cenderung memilih melakukan efisiensi.

Untuk menggenjot penjualan, Rumah Kita menggelar pameran mulai dari 21 Januari-1 Februari. Secara total, perusahaan melakukan pameran sekitar tiga sampai empat kali dalam satu tahun.

Jimmy mengatakan beberapa promo yang diberikan selama pameran adalah cicilan bunga nol persen, pemberian voucher belanja, dan beberapa hadiah langsung. Pameran yang dilakukan saat ini adalah bagian dari menghabiskan stock penjualan pada tahun lalu.

“Biasanya pameran dilakukan di Mal Paragon, yang menyasar kelas menengah ke atas. Pelaksanaan di Mal Ciputra ini adalah yang pertama kali. Kami mencoba menyasar pasar yang lebih besar di kelas menengah, sebagai bagian dari diversifikasi,” katanya.

Secara umum, sambungnya, penjualan furnitur dengan permintaan paling tinggi berada pada kisaran harga Rp5 juta-an. Penjualan pada harga tersebut mencapai sekitar 50% dari total penjualan perusahaan.

Dia melanjutkan penjualan di Semarang didominasi oleh masyarakat Semarang. Adapun selama pameran, domisili konsumen lebih beragam, di mana sekitar 30%-nya berada di luar Kota Semarang. Konsumen dominan adalah untuk perumahan, renovasi, atau pengantin baru.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Fatia Qanitat
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper