Bisnis.com, JAKARTA—Turki tengah menjajaki kemungkinan kerja sama pengadaan alat berat dengan Indonesia. Hal tersebut tercermin dari kunjungan Direktur Produksi serta Direktur Pemasaran Perusahaan Alat Berat dari Turki, Zamin Zakaria dan Yazid Ibrahim ke kantor Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat belum lama ini.
Dirjen Bina Konstruksi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Yusid Toyib, mengutarakan bahwa Kebutuhan alat berat di Indonesia khususnya proyek di lingkungan Kementerian PUPR cukup tinggi.
“Dari data tahun 2015 saja, dengan asumsi pertumbuhan peralatan 5% per tahun, demanddari sektor infrastruktur dan non infrastruktur mencapai 23.000 unit, sedangkan supplynasional tercatat sekitar 6.000 unit baru dari Data HINABI. Sedangkan kebutuhan alat berat di lingkungan proyek PUPR asumsi APBN – APBN-P 2015 mencapai 6.000 hingga 11.000 unit”, ujarnya, seperti dikutip dari keterangan resmi, Sabtu (12/12/2015)
Seperti diketahui, pemerintah melalui arahan Presiden Joko Widodo, terus menggalakan penggunaan produk dalam negeri. BUMN seperti Pindad diarahkan untuk dapat melakukan melakukan diversifikasi produk, yang selama ini dikenal hanya memproduksi senjata militer atau alat utama sistem persenjataan.
“Kementerian PUPR memesan 500 unit alat berat excavator buatan PT Pindad dengan maksud untuk dibagikan kepada kabupaten/kota pada tahun 2016”, ungkap Dirjen Bina Konstruksi.
Melalui perwakilannya, Turki sangat mengapresiasi dan mendukung langkah-langkah yang dilakukan Pemerintah Indonesia. Menurut delegasi tersebut, Turki pun memiliki kemampuan yang baik dan berpengalaman dalam memproduksi dan mengelola industri alat berat dengan pasar yang sudah terbentuk dan tersebar di seluruh dunia.
Delegasi Turki sempat mengutarakan kesiapannya jika ke depan Indonesia membutuhkan informasi terkait teknologi industri alat, inovasi, dalam rangka kerjasama dan alih pengetahuan untuk mendidik dan melatih para teknisi Indonesia, dengan para ahli yang mereka miliki. Dengan pengalaman mereka melakukan kerjasama dengan negara India dan Rusia, kedua negara tersebut dapat membangun Industri alat konstruksi dengan mandiri dalam jangka waktu sekitar 5 tahun, setelah melakukan alih pengetahuan dengan Turki.
Data HINABI (Himpunan Industri Alat Berat Indonesia) per Oktober 2015, tercatat ada 4 perusahaan yang memproduksi Construction and Mining Equipment, dan 2 perusahaan memproduksi Road Construction Machinery, selain itu ada 3 perusahaan remanufacturing, 19 fabrication parts, 11 component & attachment manufacturing, dan 5 perusahaan yang memproduksi segala macam produk yang terkait komponen alat berat.