Bisnis.com, JAKARTA — Proses konstruksi ruas tol Cinere-Serpong sepanjang 10,14 km yang dikelola oleh PT Cinere Serpong Jaya baru dapat dimulai pada awal 2017 karena masih menunggu proses pembebasan lahan.
Corporate Secretary PT Jasa Marga (Persero) Tbk Muhammad Sofyan mengatakan konstruksi belum bisa dilakukan pada tahun depan mengingat hingga kini proses pembebasan lahan belum dimulai. Pihaknya berharap pembebasan lahan dapat dilakukan sepanjang 2016 supaya konstruksi dapat segera dimulai.
“Kami masih akan fokus pada pembebasan lahan tahun 2016, karena saat ini lahan yang bebas belum ada,” ujarnya kepada Bisnis.com, Rabu (02/12)
Kepala Badan Pengatur Jalan Tol Herry Trisaputra Zuna mengatakan hingga akhir tahun ini pihaknya masih melakukan tahap negosiasi atau appraisal terhadap penentuan tanah. Dia menargetkan pembebasan lahan baru bisa dimulai pada awal tahun 2016.
Lahan yang diperlukan untuk tol Cinere-Serpong ini berada di sembilan kelurahan, yakni Kelurahan Pondok Cabe udik, Bambu Apus, Pamulang Barat, Pamulang Timur, Kelurahan Cipayung, Ciputat, Jombang, Serua dan Kelurahan Serua Indah.
“Kita masih sangat awal berproses. Posisinya [pembebasan lahan]masih sama seperti awal. Saya sedang meminta data kebutuhan anggaran tanah untuk masing-masing ruas tol yang harus dibebaskan,” ujarnya.
Meski demikian, dia berharap proses konstruksi dapat berjalan dengan baik, terlebih setelah konsorsium yang terdiri dari PT Jasa Marga (Persero) Tbk, PT Waskita Toll Road dan PT Jakarta Propertindo mengambil alih kepemilikan PT CSJ dari PT Thiess Contractor Indonesia. Menurutnya, target operasional tol pada 2019 tetap dapat berjalan sesuai rencana.
Seperti diketahui, PT CSJ merupakan perusahaan yang dibentuk oleh PT Waskita Toll Road dengan PT Thiess Contractor Indonesia, dengan komposisi saham masing-masing 20%-80%, untuk pengerjaan proyek tol Cinere-Serpong.
Dalam perkembangannya, saham dari Thiess kemudian diambil alih oleh PT Jasa Marga (Persero) Tbk. yang juga melibatkan PT Waskita Toll Road dan PT Jakarta Propertindo dalam satu konsorsium. Jasa Marga kemudian menjadi pemegang saham mayoritas sebesar 55%, sedangkan Waskita 35%, dan JakPro 10%.