Bisnis.com, JAKARTA-- Banjir di DKI Jakarta tidak hanya dikarenakan hujan dihulu maupun hilir, namun juga berasal dari laut atau sering juga disebut dengan rob. Untuk itu Kementerian PUPR telah melakukan berbagai upaya baik di hulu, hilir maupun di daerah genangan air yang disebabkan oleh banjir rob.
“Jakarta dilihat dari data, banjirnya tidak hanya diakibatkan dari hulu tapi juga dari laut ancamannya yaitu permukaan air laut semakin tinggi sementara permukaan tanah semakin menurun, kenyataannya ada 13 sungai di Jakarta dan sebagian besarnya tidak mengalir secara gravitasi, karena memang kondisinya lebih rendah dari permukaan laut,” tutur Sekretaris Harian Dewan SDA Nasional Untung Budi Santosa seperti dikutip dari laman resmi, Sabtu (21/11/2015).
Menurutnya, beberapa upaya menanggulangi banjir yang dilakukan pihaknya antara lain menyiapkan pompa di beberapa titik. Beberapa waduk juga dilakukan revitalisasi dan dikembalikan lagi volumenya sebagai tempat “parkir” air sementara apabila air laut semakin tinggi.
Untung juga mengatakan, bahwa saat ini pemerintah telah melakukan upaya normalisasi kali Ciliwung yang lebar saat ini 20 meter dikembalikan menjadi 25-30 meter, selain itu juga kapasitasnya ditambah dengan cara mengeruk sungai dari kapasitas sebelumnya 200m3/detik menjadi 750 m3/detik.
Selain itu, anggaran di Kementerian PUPR adalah sebesar Rp 5,5 triliun juga digunakan untuk pembangunan waduk, perbaikan tanggul, perbaikan bangunan pengendali, bangunan pintu air di seluruh Indonesia yang pada saat banjir berfungsi sebagai pengendalian banjir sedangkan saat tidak banjir waduk tersebut digunakan sebagai penyimpanan air.
“Sedangkan alokasi khusus tanggap darurat itu anggarannya Rp 559 miliar itu yang sebetulnya untuk mempersiapkan bahan banjiran seperti bronjong, karung pasir dan sebagainya termasuk mobiilisasi peralatan, itu yang ada di Ditjen SDA, ada juga di Ditjen Cipta Karya yang apabila dibutuhkan untuk pengungsi akan disiapkan air bersih dan sarana sanitasi,” tutur Untung.
Selain itu juga sistem peringatan dini juga telah dipasang di beberapa lokasi di Indonesia yang terintegrasi dengan pemerintah daerah, yang fungsinya tentu meminimalisir dampak dari bencana banjir tersebut. Untung mengatakan berbagai upaya tersebut tentunya juga membutuhkan kontribusi dari masyarakat untuk meminimalisir dampak banjir.
“Jakarta dan kompleksitasnya, diperlukan peran serta masyarakat untuk ikut berkontribusi menangani banjir dan meminimalisir dampak banjir, Kementerian PUPR bersama Pemda yang bersentuhan langsung dengan masyarakat melakukan beberapa upaya untuk memerdayakan masyarakat,” tambah Untung.
Diantaranya adalah dengan peduli sugai bersih di Ciliwung, Untung mengatakan hal tersebut memberikan efek pada masyarakat di sekitar sungai untuk tidak membuang sampah disana. Selain itu juga pendidikan dan sosialisasi bersama untuk mengetahui langkah langkah apabila ada peringatan dini akan banjir.