Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Properti Malaysia: Pertumbuhan Melambat, Tercekik Pengetatan Kredit

Riset situs iProperty.com mengindikasikan melambatnya industri properti Malaysia sepanjang 2015 disebabkan lesunya sentimen pasar akibat pengetatan kredit perbankan pada bulan April.
Ilustrasi/myproperty.com.my
Ilustrasi/myproperty.com.my

Bisnis.com, JAKARTA—Riset situs iProperty.com mengindikasikan melambatnya industri properti Malaysia sepanjang 2015 disebabkan lesunya sentimen pasar akibat pengetatan kredit perbankan pada bulan April.
 
Dalam laporan risetnya berjudul Asia Property Market Sentimen Report H2, situs penjualan iProperty.com mengemukakan, melesunya pergerakan pasar properti tahun ini disebabkan ketatnya kebijakan kredit perbankan yang berlaku sejak April 2015.

Akibatnya,  banyak calon nasabah yang gagal mengakses pinjaman.

Aplikasi pinjaman untuk membeli properti sering mengalami penolakan karena adanya perubahan ukuran kelayakan kredit, yakni dari sebelumnya penghasilan bruto, kini komponen laba bersih menjadi faktor penilaian.

Menurut suvei asosiasi pengembang Malaysia, Real Estate and Housing Development Association (REHDA), tingkat penolakan pinjaman mencapai 70%.

Laporan menyebutkan sebanyak 46% penolakan pinjaman  terjadi pada rumah dengan harga RM500.000 - RM700.000, 19% untuk hunian dengan harga RM700.000 - RM1 juta, dan 18% untuk properti dengan rentang harga RM1 juta - RM2,5 juta.

“Penolakan ini berdampak negatif bagi sentimen pasar, khususnya untuk pembeli pertama,” ungkap riset seperti dikutip Bisnis.com, Rabu (4/11/2015).

Managing Director & Chief Executive Officer The iProperty Group Georg Chmiel mengatakan, tiga wilayah dengan jumlah kegagalan calon kreditur terbesar secara berurutan ialah Johor, Selangor, dan Penang.

Berdasarkan kemampuan daya beli, mayoritas calon konsumen atau sebanyak 53% menyiapkan dana RM500.000 ke bawah untuk membeli properti. Sedangkan sejumlah 32% mengalokasikan biaya RM500.000 – RM800.000.

Sekitar 9% menyediakan dana RM800.000 – RM1 juta, kemudian sebesar 5% merencanakan ongkos RM1 juta – RM3 juta, dan hanya 1% yang bersedia membeli properti dengan harga RM3 juta ke atas.

Selain karena sulitnya mengambil kredit perbankan, lanjut Georg, calon pembeli kesulitan untuk membeli rumah yang terjangkau sehingga memilih untuk menunda transaksi.

Terbukti, persentase responden yang berencana membeli properti dalam enam bulan kemudian pada semester I/2015 sebesar 25% turun menjadi 18% pada semester II/2015.

Sedangkan jumlah narasumber yang akan menunda pembelian lebih dari dua tahun persentasenya naik 4% pada semester kedua tahun ini menjadi sebesar 16% dibandingkan riset pada paruh pertama 2015.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Hafiyyan
Editor : Saeno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper