Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Hilirisasi CPO: Kemenperin Dorong Petani Sawit Perbaharui Teknologi

Untuk meningkatkan nilai tambah bagi industri sawit Indonesia, Kementerian Perindustrian tengah mendorong petani sawit untuk memperbaharui teknologi yang dimiliki dalam rangka memberikan nilai tambah.
Seorang pekerja memuat bongkahan kelapa sawit ke atas mobil truk di pinggir jalan raya Palembang-Prabumulih, Sumsel/Antara
Seorang pekerja memuat bongkahan kelapa sawit ke atas mobil truk di pinggir jalan raya Palembang-Prabumulih, Sumsel/Antara

Bisnis.com, MEDAN--Untuk meningkatkan nilai tambah bagi industri sawit Indonesia, Kementerian Perindustrian tengah mendorong petani sawit untuk memperbaharui teknologi yang dimiliki dalam rangka memberikan nilai tambah.

Direktur Industri Hasil Hutan dan Perkebunan Kementerian Perindustrian Republik Indonesia Pranata mengatakan di tengah tekanan yang terjadi pada industri sawit di Tanah Air, maka hilirisasi bisa mendorong nilai tambah. Namun, hal tersebut bisa terjadi, jika pelaku usaha sawit memaksimalkan penggunaan teknologi.

"Tekanan ada. Namun, kami meyakini industri CPO dan turunannya merupakan salah satu industri andalan Indonesia," ungkapnya di Medan, Selasa (3/11/2015).

Pranata mencontohkan kalau produk turunan CPO bisa diolah menjadi minyak goreng, lilin, sabun dan sebagai pelengkap kosmetik.

Untuk memunculkan nilai tambah tersebut, katanya, pelaku sawit juga membutuhkan dukungan dari pemerintah terutama pemerintah daerah.

Menurutnya, kawasan Sei Mangke yang tengah dirancang bakal memudahkan hilirisasi sawit.

Untuk turunan CPO, bila diolah menjadi minyak goreng, katanya nilai tambah yang bakal diraih pelaku usaha sawit mencapai 30%--40%, sedangkan produk hilir seperti sabun maka bisa memperoleh added value hingga empat kali lipat.

Dia juga menyinggung soal kerja sama bilateral Indonesia-Malaysia baru-baru ini. Menurutnya, perjanjian bilateral tersebut bisa menjadikan Indonesia sebagai leader untuk mengembangkan sawit.

Saat ini, ekspor Indonesia sudah mencapai 70% dalam produk hilir, sedangkan 30% masih dalam bentuk sawit. Bila dibandingkan dengan kondisi empat tahun silam, katanya, jumlah ekspor sawit 70% sedangkan produk hilir hanya 30%. Dia mengapresiasi perbaikan yang terjadi dalam kurun empat tahun terakhir.

Untuk mempercepat proses hilirisasi, katanya, pada 2011 pemerintah telah mengenaikan bea keluar pada CPO dan turunan untuk mempercepat prose hilirisasi. Hasil yang telah diraih sepanjang 2010-2011 yakni muncul 50 jenis produk, lalu dalam kurun waktun tiga tahun terakhir turunan CPO tersebut meningkat menjadi 150 jenis produk.

Pranata menuturkan untuk mengembangkan CPO dan turunanya ada tiga hal yang harus diperhatikan. Pertama CPO dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan ketahanan pangan, kedua untuk energi alternatif dan ketiga untuk pengembangan kimia yang bernilai tambah tinggi.

Untuk ketahanan pangan, katanya, sampai saat ini Indonesia sudah mampu memproduksi minyak goreng sampai 20 juta ton pertahun.

Sementara pada ketahanan energi, tahun 2015 pemerintah mengamanatkan mandatori untuk biodiesel dari sawit. Dimana semua bahan bakar solar ada campuran 15%, sehingga bisa mengembalikan harga CPO yang saat ini turun.

Sampai saat ini kebutuhan bahan bakar itu, 30% nya tutur Pranata merupakan bahan bakar disel atau solar, dan 70% nya adalah premium.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Saeno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper