Bisnis.com, JAKARTA—Pengelolaan air di Bendung Katulampa Bogor yang merupakan warisan sejak zaman Belanda dinilai tidak sesuai dengan perkembangan zaman. Pasalnya, lahan pertanian yang terletak di sekitar Katulampa kini telah berubah menjadi lahan pemukiman sehingga sistem pengelolaan air untuk irigasi menjadi kurang tepat.
Pakar Hidrologi dan Pengelolaan Sumber Daya Air IPB Nana Mulyana mengatakan, perubahan pemanfaatan lahan di sekitar Bendung Katulampa menuntut adanya perubahan sistem pengelolaan air sehingga manfaatnya bisa dirasakan oleh masyarakat.
“Dulu memang areanya pertanian, tetap sekarang menjadi permukiman. Jadi sistem pengelolaan airnya harus diganti untuk permukiman, bukan untuk agribisnis,” ujarnya dalam lokakarya Sustainable Urban Water Management in Indonesia, Selasa (27/10).
Dia mengaku tidak melihat perubahan pengelolaan air yang signifikan pada Bendung Katulampa sejak pertama kali dibangun oleh Belanda. Hingga tahun 2011 saja, ujarnya, perubahan area pertanian menjadi permukiman di Bogor telah mencapai 11,98%. Jumlah tersebut diperkirakan meningkat hingga saat ini.
Sementara itu, Kasubdit Hidrologi dan Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Eka Nugraha Abdi membantah pandangan tersebut. Menurutnya, kini pengelolaan air di Bendung Katulampa telah beralih fungsi menjadi pemanfaatan air minum dengan PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor sebagai pengelolanya.
“Katulampa itu sudah diambil alih PDAM Bogor. Pemerintah berusaha keras untuk memperbaiki sistem pengeloalaan sumber air ini agar tak terbuang begitu saja ke laut,” ujarnya.
Pemerintah telah memberikan izin penggunaan dan pemanfaatan pembangunan Sistem Penyedian Air Minum (SPAM) Bendung Katulampa sebanyak 300 liter/detik kepada PDAM Tirta Pakuan Bogor pada 2011.
Nantinya, SPAM Katulampa ini akan mendistribusikan air bersih untuk wilayah Bogor bagian timur dan utara. Hingga kini, proyek SPAM Katulampa telah memasuki tahap lanjutan dan ditargetkan tuntas pada 2018.