Bisnis.com, JAKARTA—Konstruksi proyek Sodetan Ciliwung yang menghubungkan Kali Ciliwung Jatinegara – Kanal Banjir Timur sepanjang total 1,25 km kini telah mencapai 50%. Pemerintah menargetkan konstruksi akan mencapai titik arriving shaft di Jalan Otista III pada 10 Oktober ini.
Sekretaris Perusahaan PT Wijaya Karya (Wika) Suradi Wongso membenarkan hal tersebut. Menurutnya, Wika selaku kontraktor proyek mempercepat konstruksi guna mencapai target arriving shaft yang merupakan titik tengah Sudetan Ciliwung.
“Saat ini progress konstruksi di kisaran 50%, dan betul awal Oktober ini akan tembus arriving shaft,” ujarnya.
Kepala Balai Wilayah Sungai Ciliwung-Cisadane Teuku Iskandar mengatakan, konstruksi di jalur selatan telah mencapai 564 meter, dan sisi timur telah selesai 540 meter.
Dengan demikian, ujar dia, jarak yang dibutuhkan untuk mencapat titik arriving shaft sekitar 24 meter.
“Kira-kira sekitar 24 meter lagi akan mencapai posisi di arriving shaft di Jalan Otista III Jatinegara, dan diperkirakan tanggal 10 Oktober akan selesai hingga titik itu,” ujarnya, seperti dikutip dari keterangan resmi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Selasa (6/10/2015).
Menurutnya, salah satu kendala yang dihadapi dalam proses konstruksi adalah banyaknya butiran batu yang terdapat dalam tanah yang menghambat proses pengeluaran lumpur.
Karena itu, proses pengeboran pun dilakukan secara manual akibat kemampuan pompa yang hanya dapat mengalirkan lumpur.
Untuk mempercepat pembangunan, pengeboran Sodetan Kali Ciliwung menuju Kanal Banjir Timur akan dilakukan intensif selama 24 jam dengan sistem dua shift dalam satu hari.
Rencananya, sodetan akan terdiri dari dua jalur terowongan yang masing-masing terdiri dari pipa berdiameter 3,5 meter yang berfungsi untuk mengalirkan debit banjir Kali Ciliwung sebesar 60 meter kubik per detik.
Sementara itu, pembebasan lahan di bagian inlet (Bidara Cina) masih dalam proses pengerjaan oleh pemda DKI Jakarta.
Menurutnya, untuk dana pembebasan lahan outlet dan inlet ini, pemerintah pusat menganggarkan dana sekitar Rp230 miliar.
Adapun total luas lahan di wilayah inlet Sudetan Ciliwung yang akan mengalami pembebasan adalah 1,1 hektar.
Dari jumlah tersebut, aset pemerintah DKI Jakarta mencapai sekitar 8.000 meter persegi, sedangkan sisanya dimiliki oleh Pertamina, Patra Niaga dan Jiwasraya.