Bisnis.com, JAKARTA — Sejumlah pengembang properti di kawasan industri Cikarang merasakan reaksi yang beragam dari pasar terkait kondisi rupiah yang melemah.
Chief Marketing Officer Lippo Cikarang Stanley Ang mengatakan pihaknya sempat menjual satu cluster yang terdiri dari 150 unit pada awal Agustus lalu, lebih tinggi dari target penjualan sebanyak 120 unit. Namun, dia menilai pelemahan rupiah membuat investor ragu.
“Kalau masalah rupiah sendiri kita tidak ada efek, cuma mungkin terasa dari psikologi investor, mereka jadi ragu, itu saja. Setelah ini berita bagus dari pemerintah mungkin akan berdampak baik. Sekarang sebetulnya peminat masih kuat,” ujarnya.
Adapun pada sektor hunian vertikal, pihaknya menilai penjualan masih cukup baik. Kalangan ekspatriat dari beberapa negara seperti Korea, Jepang, China dan Spanyol tercatat sebagai pembeli sebagian unit tower Orange County. Hingga kini, pihaknya berhasil menjual 2.200 unit apartemen yang terdiri dari empat tower dari total 12 tower yang akan dibangun.
Direktur PT Jabebeka Tbk Sutedja Darmono menyatakan pihaknya telah melakukan upaya antisipasi dengan melakukan hedging ongkos material bangunan hingga tahun depan. Adapun dari sisi penjualan, pihaknya tidak merasakan dampak negatif dari pelemahan rupiah.
“Untuk market kita berhubung masih banyak [pembeli] lokal, saat ini masih cukup baik,” ujarnya.
Dia menambahkan selama dua hingga tiga tahun terakhir ini, pihaknya berhasil meningkatkan penjualan hingga tiga kali lipat, atau senilai Rp500 miliar, dengan total luas lahan terjual di bawah 15 hektare. Dalam waktu dekat, pihaknya bahkan berencana meluncurkan 50 unit hunian tapak dengan nilai jual mendekati Rp1 miliar per unitnya.
Vice Chairman Cushman & Wakefield Handa Sulaiman menilai para ekspatriat yang memiliki penghasilan dalam dollar dan pengeluaran dalam rupiah dapat memetik keuntungan dari kondisi depresiasi rupiah ini.
“Mungkin ini saatnya bagi mereka untuk membeli. Asing melihat kondisi properti masih akan tumbuh,” ujarnya.
Menurutnya, dampak depresiasi rupiah lebih dirasakan oleh pengembang dalam hal konstruksi. Pasalnya, sebagian material konstruksi masih bahan impor. Di sisi lain, dia menilai para kontraktor cenderung mengambil margin keuntungan ongkos konstruksi lebih besar.