Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perhepi: Pemerintah Harus Hati-hati Tangani Beras!

Kondisi stok beras milik Perum Bulog dinilai tidak berada dalam kondisi yang aman dan dikhawatirkan bisa menjadi sumber inflasi.
Pedagang menyortir beras sebelum didistribusikan di Pasar Induk Cipinang Jakarta/Bisnis-Dwi Prasetya
Pedagang menyortir beras sebelum didistribusikan di Pasar Induk Cipinang Jakarta/Bisnis-Dwi Prasetya

Bisnis.com, JAKARTA - Kondisi stok beras milik Perum Bulog dinilai tidak berada dalam kondisi yang aman dan dikhawatirkan bisa menjadi sumber inflasi.

Ketua Umum Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (Perhepi) Bayu Krisnamurthi mengatakan stok Bulog menjadi salah satu indikator yang dipakai untuk melihat kondisi perberasan nasional, selain faktor lainnya yaitu ramalan produksi dan faktor harga.

Namun jika dilihat dari data yang sudah ada, lanjut Bayu, ramalan produksi tidak berada di kondisi yang luar biasa. Oleh karena itu, stok beras Bulog harus benar-benar dicermati dan dihitung dengan benar-benar baik. Terlebih lagi dengan adanya rencana pemerintah untuk menggelontorkan raskin ke-13 dan ke-14.

Stok Bulog sendiri terbagi dalam stok operasional untuk raskin dan cadangan beras pemerintah (CBP) yang bisa digunakan untuk mengadakan operasi pasar (OP) beras. Untuk CBP, menurut Bayu, pemerintah benar-benar  harus mencermati karena saat ini stok untuk itu telah kosong.

Kendati telah disediakan dana dari APBN, tetapi Bulog masih belum bisa merealisasikannya. Namun, jika akan direalisasikan, berarti Bulog akan mengejar beras untuk mengisi CBP dengan jumlah yang besar, sekitar 300.000 ton, pada situasi yang sudah paceklik.

“Tapi jika tetap kosong akan menimbulkan masalah, harus diisi. Saya kira ini yang harus betul-betul diperhatikan oleh pemerintah dalam mengambil keputusan.”

Di saat yang bersamaan, Bulog juga dikhawatirkan menjadi sumber inflasi jika beras yang didatangkan untuk mengisi stok CBP didatangkan dari dalam negeri. Terlebih lagi harga beras saat ini sudah mulai bergerak naik.

Bayu menilai bahwa kondisi saat ini tidak bisa dianggap ringan. Dengan stok sebesar 1,8 juta ton diantaranya sebesar 1,1 juta ton untuk raskin dan 700.000 ton beras premium), jumlah tersebut tidak dalam kondisi aman.

Perhitungannya untuk lima bulan ke depan dengan kebutuhan sekitar 260.000 ton per bulan, maka kebutuhan raskin mencapai 1,3 juta ton. Kondisi stok untuk raskin Bulog saat ini masih minus sekitar 200.000 ton dari jumlah tersebut.

Sementara itu, terkait rencana impor sebesar 1,5 juta ton, meskipun tidak menilai jumlah tersebut merupakan jumlah yang ideal, menurut Bayu setidaknya ada tambahan pasokan. Dirinya berharap pemerintah untuk berhati-hati dalam memutuskan rencana impor tersebut, khususnya jika ternyata Vietnam dan Thailand tidak bisa memasok kebutuhan Indonesia.

“Pada saat kita butuh barangnya justru tidak ada.”

Dari segi harga, outlook menunjukkan bahwa harga komoditi dunia itu tengah menurun, termasuk beras.  Sementara kondisi anomali justru terjadi di Indonesia, yang justru mengalami kenaikan harga. Menurutnya kondisi tersebut harus segera didalami.

“Saya tidak menafikan kemungkinan adanya mafia atau apapun. Tapi menurut saya jangan terlalu menyederhanakan bahwa semua masalah timbul karena itu. Ada faktor lain, fundamentalnya harus dilihat.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper