Bisnis.com, JAKARTA - China Machinery Engineering Corporation (CMEC) berencana menanamkan investasi senilai US$ 700 juta hingga US$1 miliar di bidang infrastruktur. Selain itu, BUMN China itu juga berencana membangun pembangkit listrik dengan total daya 2.400 mW di Indonesia.
Presiden Direktur CMEC Zhang Chun mengungkapkan pihaknya mengincar empat sektor potensial untuk investasi. Keempat sektor tersebut adalah pembangkit listrik, pengembangan kawasan industri, infrastruktur, dan agribisnis.
“Populasi Anda sangat besar. Di bidang infrastruktur, kami melihat kebutuhan yang tinggi di bidang water treatment plant [pengolahan air baku] dan pembangunan jalan di Indonesia, sehingga investasi kami di bidang infrastruktur akan diarahkan ke sana,” ujarnya, Jumat (18/9/2015).
Dia menambahkan investasi tersebut akan diprioritaskan bagi proyek-proyek infrastruktur di luar Jawa. Hal ini dilakukan karena dia menilai pembangunan infrastruktur di Pulau Jawa sudah sangat pesat.
Hingga kini, pihaknya masih mencari mitra kerja lokal untuk membentuk perusahaan patungan dengan porsi 50:50 pada proyek-proyek strategis yang ditargetkan, sambil mempelajari regulasi pemerintah untuk dapat memulai proyek. Dia menargetkan proyek-proyek tersebut dapat dimulai pada semester kedua tahun depan.
Disinggung mengenai tenaga kerja, Chun menyatakan komitmennya untuk memenuhi regulasi pemerintah mengenai Tingkat Komponen Dalam negeri (TKDN) dalam setiap proyek yang akan dijalankan. Pihaknya bahkan mengklaim akan memberdayakan tenaga kerja lokal hingga 70% dalam setiap proyek.
Nama CMEC sesungguhnya sudah tidak asing lagi di dalam negeri, terutama di sektor pembangkit listrik. Perusahaan ini telah menjalin kerja sama di berbagai proyek di Indonesia sejak 1980-an, melalui penyediaan peralatan untuk pabrik kaca, Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Labuhan Angin dengan daya 2 x 115 mW, serta instalasi Hydropower Generating Set di Batang Gadis di Sumatera Utara.
Namun, kualitas pembangkit listrik Labuhan Angin yang didirikannya sempat menjadi sorotan tatkala terjadinya penurunan daya PLTU tersebut. Disinggung mengenai hal tersebut, Chun mengaku pihaknya masih mengalami beberapa tantangan dalam mengembangkan bisnis pembangkit listrik di Indonesia.
“Pembangkit listrik di China tidak ada masalah, dan kami menjamin mengekspor kualitas yang sama di negara manapun di Asia. Namun, tetap ada beberapa tantangan, seperti bagaimana menjamin desain pembangkit sesuai dengan kondisi lokal, lalu bagaimana membuat kontraktor lokal mampu melakukan manajemen proyek yang baik, serta memastikan mereka mampu melakukan perawatan operasional,” ujarnya.
Di sisi lain, tak hanya swasta, Pemerintah China juga giat berinvestasi dalam bidang infrastruktur nasional.
Atase Perekonomian dan Bisnis Kedutaan Besar China di Indonesia (Minister Councellor of Economic and Commerce) Wang Li Ping menyebutkan pemerintah China telah menyiapkan dana total sekitar US$ 2,8 miliar untuk pinjaman lunak bagi Indonesia.
Selain dana tersebut, China juga menyiapkan total dana sekitar US$10 miliar berupa pinjaman lunak untuk proyek pembangunan di negara Asean.
“Setelah pergantian presiden selama hampir satu setengah tahun ini, kedua presiden (China dan Indonesia) berbagi strategi untuk mengembangkan ekonomi negara masing-masing. Pemerintah China juga memutuskan untuk terus mendukung pembangunan ekonomi Indonesia,” katanya, belum lama ini.
Adapun sejumlah proyek yang mengandalkan dana pinjaman China antara lain sejumlah segmen di tol Solo-Ngawi-Kertosono dan Cileunyi-Sumedang-Dawuan.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) telah menandatangani kontrak konstruksinya dan tengah memproses pencairan pinjaman guna mempercepat konstruksi.