Bisnis.com, JAKARTA- China dan Amerika Serikat,dua poros kekuatan ekonomi dunia.
Betapa tidak, jika kedua negara teresebut melakukan suatu kebijakan, akan mempengaruhi pasar dunia, termasuk bursa saham dan mata uang.
Jika selama ini isyarat kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat Federal Reserve membuat pasar selalu waspada, kini posisi pengaruh sentimen ke pasar ‘disaingi’ dengan kondisi China.
Kebijakan untuk mendevaluasi yuan, menyebabkan tertekannya mata uang terutama di emerging market. Kemudian tekanan bursa saham China juga ikut menjadi sentimen negatif bursa global.
Tidak ketinggalan harga komoditas. Mengingat China merupakan konsumen komoditas terbesar di dunia.
Jika perlambatan ekonomi China terjadi, maka akan menyeret permintaan komoditas.
Di saat kekhawatiran makin menekan pasar, pasar mesti menghadapi jadwal rapat the Fed pada 16—17 September.
Lagi-lagi penantian kapan kenaikan Fed Rate dilakukan,. setelah satu dasawarna tidak pernah berubah di level rendahnya.
Namun kondisi jadi berbalik berubah, justru saat jadwal rapat Fed makin mendekat atau tinggal menunggu sepekan lagi.
Pasar bursa dan uang bergairah hari ini, setelah Pernyataan Menteri Keuangan China yang akan melaksanakan kebijakan fiskal untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Pernyataan itu memberikan euforia berlanjut di pasar, termasuk bursa saham dan rupiah di dalam negeri.
Dunia tentunya melihat efek dua negara tersebut terhadap pasar.
Mana yang lebih kuat pengaruhnya? Rasanya jawabannya tinggal menakar efek pasar saja.