Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pengamat: Perpres Pengendalian Harga Bukan Satu-satunya Cara Stabilisasi

Pakar pertanian Khudori menilai untuk stabilisasi harga kebutuhan pokok, Perpres pengendalian harga bisa menjadi salah satu instrumen yang cukup penting, tetapi bukan satu-satunya yang mesti dilakukan pemerintah.
Buruh membongkar karung beras di gudang Bulog Divre Sulteng, di Palu, Senin (18/5)./JIBI-Paulus Tandi Bone
Buruh membongkar karung beras di gudang Bulog Divre Sulteng, di Palu, Senin (18/5)./JIBI-Paulus Tandi Bone

Bisnis.com, JAKARTA - Pakar pertanian Khudori menilai untuk stabilisasi harga kebutuhan pokok, Perpres pengendalian harga bisa menjadi salah satu instrumen yang cukup penting, tetapi bukan satu-satunya yang mesti dilakukan pemerintah.

Menurutnya, salah satu faktor penyebab masalah yang terus berulang setiap tahun tersebut adalah peningkatan produksi yang selama ini tidak mampu mengimbangi peningkatan konsumsi yang rata-rata mencapai 5%. Di tambah lagi, pemerintah juga tidak memiliki instrumen intervensi yang cukup, termasuk pada komoditas beras. “Bulog tidak dibekali alat tempur yang memadai.”

Sementara itu, pembentukan lembaga penyangga stok seperti yang diamanatkan pada Undang-undang Pangan, menurut Khudori akan memunculkan optimism untuk mengatasi masalah-masalah yang setiap tahun terjadi tersebut.

Ketua Dewan Pembina Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia Tini Hadad menilai, kenaikan harga yang terjadi pada saat ini masih ada di dalam batas- batas yang selalu terjadi pada masa Puasa dan Lebaran. Perilaku konsumen yang meningkatkan konsumsinya, dan di saat yang sama pedagang melihat kesempatan untuk menaikkan harga menjadi dua faktor pendukungnya.

“Di saat yang sama, pada Mei – Juli, merupakan pergantian tahun ajaran, sehingga pengeluaran konsumen meningkat. Ketika bahan pokok naik, mereka pasti menjerit dan protes.”

Menurutnya, konsumen juga harus ikut membantu mengontrol harga, dengan tidak melakukan pembelian dengan volume yang besar dengan tujuan penyimpanan. Dengan demikian, harga komoditas tidak naik terlalu tinggi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Muhammad Avisena
Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper