Bisnis.com, JAKARTA - Opsi membuka keran impor beras akan diputuskan setelah menerima laporan hasil panen raya pada akhir Mei 2015.
Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan pemerintah membuka peluang untuk mengimpor beras jika produksi sampai Akhir Mei hanya di bawah 1,5 juta ton sampai 2 juta ton.
“Kita lihat setelah panen raya akhir Mei. Lihat hasilnya bagaimana baru dipertimbangkan [impor] kalau memang cadangan nasional di bawah 2 juta ton,” ujarnya di Istana Wakil Presiden, Jumat (8/5/2015).
Jika stok yang ada di pasaran kurang, harga akan lebih tinggi daripada acuan pemerintah. Jika Badan Urusan Logistik (Bulog) tetap membeli beras di dalam negeri, harga akan berlanjut naik.
Menurut Kalla, hasil panen yang tak maksimal bukan hanya persoalan internal proses pertanian, tetapi risiko eksternal seperti cuaca, bibit, dan faktor pertanian lain.
Menjelang Ramadhan dan Lebaran, pemerintah juga berupaya menyediakan beras yang lebih berkualitas. Pasalnya, permintaan beras berkualitas baik akan meningkat seiring kebutuhan masyarakat membuat panganan khas dari bahan baku beras.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Sofyan Djalil mengindikasikan peluang untuk membuka keran impor beras jika realisasi produksi nasional rendah dan penyerapan Bulog diproyeksi lebih rendah dari 1,5 juta ton atau 55% dari target minimum 2,7 juta ton pada 2015.
Saat ini, tim yang dibentuk oleh Wapres untuk mengidentifikasi polemik harga dan stok beras belum memberi laporan. Namun dia memperkirakan kuantitas panen di sentra produksi rendah.