Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pembangunan Reaktor Nuklir di Serpong Tinggal Tiga Langkah Lagi

Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) menyatakan telah mengeluarkan izin evaluasi tapak untuk rencana pembangunan reaktor daya nonkomersial (RDNK) yang berlokasi di Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Serpong Banten.
Ilustrasi reaktor nuklir/
Ilustrasi reaktor nuklir/
Bisnis.com, MANADO – Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) menyatakan telah mengeluarkan izin evaluasi tapak untuk rencana pembangunan reaktor daya nonkomersial (RDNK) yang berlokasi di Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Serpong Banten.
 
Sekretaris Bapeten Hendrijanto Haditjahyono mengatakan pemanfaatan teknologi Jerman dalam rencana RDNK berkapasitas 30 megawatt itu berupa tender desain konseptual.
 
“Nantinya bila perencanaan desain dari mereka sudah selesai kami akan lihat apakah desain konseptual dan desain engineering yang dibuat sudah sesuai dengan standar keselamatan atau tidak,” katanya di Manado, Selasa (14/4/2015).
 
Dia mengungkapkan bila desain konseptual dan desain engineering sudah sesuai dengan standar keselamatan maka pihaknya baru mengeluarkan izin untuk dilakukan konstruksi.
 
Kepala Biro Hukum dan Organisasi Bapeten Andajani Muljanti juga mengakui pihaknya telah mengeluarkan izin evaluasi tapak untuk pembangunan RDNK di kawasan reaktor riset Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) di Serpong.
 
Menurut dia, dalam pembangunan sebuah reaktor nuklir ada empat tahapan yang harus dipenuhi yakni tapak, konstruksi, commisioning dan decomisioning. “Secara bertahap nanti dikeluarkan izinnya. Tentu kami akan melakukan evaluasi terlebih dahulu,” ujarnya.
 
Seperti diketahui, Batan baru saja menyelesaikan proses lelang desain konseptual dengan pemenang penggunaan teknologi dari Jerman untuk pembangunan RDNK di Serpong.
 
Kepala Batan Djarot Sulistio Wisnubroto mengatakan kendati Jerman telah mematikan fasilitas nuklirnya tetapi teknologi asal negara tersebut masih paling maju untuk saat ini.
 
“Tipe reaktor yang digunakan adalah generasi ke-4 yang memiliki tingkat teknologi keselamatan lebih tinggi dibandingkan dengan generasi sebelumnya,” ujarnya. Menurutnya, tipe tersebut bisa digunakan untuk proses desalinasi atau mengubah air laut menjadi air tawar, produksi hidrogen dan proses pencairan batubara.
 
Dari sisi pembiayaan, proyek tersebut memiliki anggaran senilai Rp1,6 triliun dengan skema pembiayaan multiyears sehingga rata-rata per tahun akan ada anggaran sebesar Rp400 miliar. “Namun, untuk tahun ini, Batan baru akan menerima dana sekitar Rp50 miliar hingga Rp60 miliar untuk desain konseptual,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Lukas Hendra
Editor : Yoseph Pencawan

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper