Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

DUMPING HRC: KADI Tinjau Kembali BMAD Dari Korea dan Malaysia

Pemerintah lewat Komite Anti Dumping Indonesia (KADI) Kementerian Perdagangan melakukan penyelidikan peninjauan kembali (sunset review) pengenaan Bea Masuk Anti Dumping (BMAD) terhadap barang impor hot rolled coil (HRC) dari Korea Selatan dan Malaysia.
 Ilustrasi/Bisnis
Ilustrasi/Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA— Pemerintah lewat Komite Anti Dumping Indonesia (KADI), Kementerian Perdagangan melakukan penyelidikan peninjauan kembali (sunset review) pengenaan Bea Masuk Anti Dumping (BMAD) terhadap barang impor hot rolled coil (HRC) dari Korea Selatan dan Malaysia.

Hal itu dilakukan karena adanya permohonan peninjauan kembali pengenaan BMAD dari PT Krakatau Steel (Persero), Tbk. Penyelidikan tersebut dilakukan berdasarkan PMK No. 23/PMK.001/2011 tanggal 7 Februari 2015 dengan nomor pos tarif 7208.10.00.00, 7208.25.10.00, 7208.26.00.00, 7208.27.00.00, 7208.36.00.00, 7208.37.00.00, 7208.38.00.00, 7208.39.00.00, 7208.90.00.00.

Ketua KADI, Ernawati menjelskan pangsa pasar impor produk HRC cukup besar yakni mencapai 43%.

“KADI menemukan adanya bukti awal bahwa masih terdapat importasi yang mengandung dumping atas barang impor HRC yang berasal dari Korea dan Malaysia yang secara kumulatif pangsa pasar impornya mencapai 43% dari total impor pada 2014,” katanya seperti dilansir dari situs resmi Kementerian, Senin (13/4/2015).

Dia menyatakan informasi adanya penyelidikan itu sudah disampaikan kepada pihak-pihak industri dalam negeri, importir, produsen dari Korea dan Malaysia.

“Semua pihak yang ingin terlibat dalam penyelidikan diberikan kesempatan menyampaikan informasi, tanggapan dan permintaan dengar pendapat secara tertulis kepada KADI,” tambahnya.  

Adapun besaran BMAD sesuai PMK No.23/PMK.011/2011 untuk Korea yakni 0-3,8% dan Malaysia 48,4%. Berdasarkan data Kementerian, volume impor dari Korea pada 2011 sebesar 598.233 MT, pada 2012 779.454 MT, pada 2013 698.146 MT dan pada 2014 menjadi 633.061 MT. Adapun volume impor dari Malaysia pada 2011 sebesar 56 MT, pada 2012 menjadi 348 MT, pada 2013 28 MT dan pada 2014 sebesar 65 MT.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper