Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Stok Garam Industri di Indonesia Kritis

Asosiasi Industri Pengguna Garam Indonesia mendesak pemerintah untuk segera merealisasi perizinan impor dari luar negeri menyusul stok garam industri yang kritis sehingga bisa mematikan aktivitas industri.
Pemerintah diminta segera merealisasi perizinan impor dari luar negeri menyusul stok garam industri yang kritis sehingga bisa mematikan aktivitas industri./JIBI
Pemerintah diminta segera merealisasi perizinan impor dari luar negeri menyusul stok garam industri yang kritis sehingga bisa mematikan aktivitas industri./JIBI

Bisnis.com, BANDUNG — Asosiasi Industri Pengguna Garam Indonesia mendesak pemerintah untuk segera merealisasi perizinan impor dari luar negeri menyusul stok garam industri yang kritis sehingga bisa mematikan aktivitas industri.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Industri Pengguna Garam Indonesia (AIGI) Cucu Sutara mengatakan bahwa stok garam industri saat ini sangat tipis dan kritis, dan diperkirakan hanya tersedia hingga akhir Maret ini.

"Industri makanan itu butuh sekitar 350.000-400.000 ton garam per tahun. Namun sekarang persediannya sangat tipis. Kita butuh impor tapi belum ada izin," ujarnya kepada Bisnis, Rabu (25/3/2015).

Pihaknya mencontohkan negara Cina meski mampu memproduksi garam melebihi Indonesia, namun pemerintahnya masih melakukan impor garam untuk kebutuhan tertentu.

"Jadi, impor garam di sini bergantung kebutuhan, kami kalau memperhatikan kebutuhannya, Indonesia pun masih butuh impor," katanya.

Cucu menjelaskan garam yang dibutuhkan untuk industri makanan ini memiliki spesifikasi tertentu, di antaranya kandungan NaCl 97% dan air 0,05%. Namun, garam lokal banyak yang tidak memenuhi syarat tersebut.

Dia menjelaskan kurangnya persyaratan garam lokal untuk dipasok ke industri akibat keterbatasan teknologi pengolahan garam.

"Garam dalam negeri masih bergantung pada pengeringan matahari. Tentunya ini bergantung pada musim. Kalau sekarang musim hujan berarti pengeringannya susah," ujarnya.

Dia ingin apabila garam industri bisa diproduksi di dalam negeri, sehingga industri mendapat pasokan garam lebih mudah. Namun langkah tersebut belum tahu kapan bisa direalisasikan karena harus melalui studi kelayakan dalam waktu yang cukup panjang.

"Produksi garam untuk industri perlu ada studi kelayakan dahulu yang prosesnya cukup memakan waktu lama," katanya.

Menurutnya, tak ada alasan lagi untuk tidak mengimpor garam dari luar. Jika tidak, ini akan sangat berpengaruh pada persediaan makanan dan minuman baik untuk dalam negeri maupun yang akan diekspor.

“Pada 2014 ekspor makanan yang menggunakan garam mencapai US$4,8-US$5,6miliar. Angka ini bisa menurun jika impor garam industri tidak dilakukan secepatnya,” ujarnya.

Ketua Asosiasi Petambak Garam Seluruh Indonesia (Apgasi) Jabar M. Taufik meminta pemerintah saat ini harus fokus membantu petambak meningkatkan kualitas produksi garam untuk industri.

“Penerapan teknologi produksi garam seperti geo-membran selama ini mampu mendongkrak kualitas garam walaupun baru sebatas kualitas secara visual dari tampilannya yang lebih bersih,” ujarnya.

Stok Garam Industri di Indonesia Kritis

Taufik mengungkapkan secara kuantitas, produksi garam di Jabar khususnya Cirebon dan Indramayu pada 2014 lalu mengalami peningkatan dengan total produksi di kedua daerah tersebut tahun lalu yang mencapai 275.000 ton di Cirebon dan 250.000 ton di Indramayu.

“Jumlah produksinya mengalami peningkatan sedikit lebih banyak dari 2013 akan tetapi dari segi kualitasnya masih stagnan,” ujarnya.

Pihaknya juga berencana membuat roadmap produksi garam di Pantura untuk memecahkan keraguan perbedaan data produksi yang dikeluarkan instansi pemerintah.

Dinas Kelautan dan Perikanan (Diskanlut) Jawa Barat mencatat kontribusi garam dari daerah pesisir pantai Jabar terhadap produksi garam secara nasional mencapai 20%.

Kepala Diskanlut Jabar Jafar Ismail mengatakan hingga saat ini garam rakyat di Jabar dimanfaatkan untuk kebutuhan konsumsi masyarakat dan belum sepenuhnya dapat dipasok untuk kebutuhan industri. Padahal jika bisa dipasok ke industri, pendapatan para petambak akan bertambah.

Jafar mengungkapkan kurangnya sentuhan teknologi, seperti membran dan persyaratan kadar NaCl pada garam belum memenuhi standar yang diterapkan.

“Kami terus mengupayakan produksi garam lokal bisa memenuhi standar industri,” ujarnya.(k3/k4/k29)
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper