Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Gaperindo: Tanaman Rami Bisa Dijadikan Bahan Baku Industri Tekstil

Gabungan Asosiasi Petani Perkebunan Indonesia atau Gaperindo Jawa Barat menilai tanaman rami masih belum dilirik banyak investor maupun petani.
Ilustrasi: Pabrik tekstil
Ilustrasi: Pabrik tekstil

Bisnis.com, BANDUNG—Gabungan Asosiasi Petani Perkebunan Indonesia atau Gaperindo Jawa Barat menilai tanaman rami masih belum dilirik banyak investor maupun petani.

Padahal, komoditas itu bisa menjadi alternatif penyediaan bahan baku bagi industri tekstil yang selama ini masih mengandalkan kapas impor.

Ketua Gabungan Asosiasi Petani Perkebunan Indonesia (Gaperindo) Jabar Mulyadi Sukandar mengaku di Jabar memang kapas tidak bisa dibudidayakan karena kondisi wilayah yang memiliki intensitas hujan cukup tinggi.

Akan tetapi, sebagai gantinya, tanaman rami mampu menggantikan kapas sebagai bahan baku.

"Karena kapas perlu cuaca kering atau daerah yang jarang hujan apalagi mau panen. Cocoknya ditanam di daerah Jawa Timur," katanya kepada Bisnis, Selasa (24/3/2015).

Dia menjelaskan serat yang dihasilkan tanaman rami mempunyai sifat dan karakteristik serat kapas (cotton) yaitu sama-sama dipintal ataupun dicampur dengan serat yang lainnya untuk dijadikan bahan baku tekstil.

Prospek pengembangan pasar untuk serat rami sangat baik karena harga jual yang relatif tinggi. Rami banyak dikembangkan petani di Wanaraja Kabupaten Garut.

"Tak hanya rami, rosela dan jute juga banyak ditanam petani. Karena jenis tanaman tersebut sejak lamanya seratnya bisa dimanfaatkan industri untuk berbagai keperluan salah satunya bahan pembuatan karung goni," ucapnya.

Disinggung mengenai alasan mayoritas industri tesktil memilih kapas impor, dia menjelaskan, karena pada umumnya mesin pemintal yang digunakan industri didesain untuk menggunakan kapas impor yang panjang dan halus.

Selain itu, biaya impor kapas dari Amerika Serikat dan Afrika jauh lebih murah ketimbang mendatangkan kapas dari Sulawesi Selatan maupun Nusa Tenggara Timur.

Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jabar Dedy Widjaja menilai kinerja industri TPT harus terpukul menyusul kinerja nilai tukar rupiah yang terus merosot terhadap dolar Amerika Serikat.

Dia mengatakan impor bahan baku yang masih mengandalkan impor membuat industri tekstil waswas.

“Ini jelas mengkhawatirkan karena bahan-baku industri tekstil semuanya masih impor seperti kapas dan poliester,” katanya.

Dia mengemukakan semua sektor industri tekstil pasti terdampak dengan pelemahan rupiah, baik yang berskala kecil maupun besar.

Menurutnya, kondisi ini akan membuat margin pengusaha semakin menyusut bahkan akan tergerus seiring dengan terdongraknya beban produksi.

Oleh karena itu, diperlukan kebijakan strategis dari pemerintah untuk mengandalkan bahan baku lokal seperti kapas di dalam negeri.

“Bahan baku seperti kapas jelas harus dikembangkan. Hal ini untuk menekan cost produksi yang kian membengkak,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper