Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Impor Tembakau Asal China Resahkan Petani

Petani tembakau di Jawa Barat saat ini merasa resah dengan membanjirnya impor komoditas ini dari China.
Kebun tembakau/bisnis.com
Kebun tembakau/bisnis.com

Bisnis.com, BANDUNG - Petani tembakau di Jawa Barat saat ini merasa resah dengan membanjirnya impor komoditas ini dari China.

Sekretaris Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Jabar Afandi Firman menilai pemerintah akan kesulitan menghentikan impor tembakau selain asal China yang dilakukan sejumlah perusahaan di dalam negeri terutama oleh industri rokok.

"Karena tidak sedikit perusahaan tersebut memiliki ladang tersendiri di luar negeri. Dengan demikian, proses impor akan sulit dihentikan," katanya, Senin (2/2/2015).

Adapun, impor tembakau asal China ramai peminat karena harganya yang lebih murah dan kualitasnya pun dinilai tak kalah dengan produk dalam negeri.

Untuk harga, tembakau asal China dibanderol Rp30.000 per kilogram sudah melalui berbagai proses, sedangkan tembakau lokal Rp40.000 per kilogram.

Meski produk impor sulit untuk dibendung, dirinya mengaku sangat optimistis tembakau lokal tidak akan kesulitan mendapatkan pangsa pasarnya. Terlebih mereka bisa membidik selain pabrikan rokok.

"Karena untuk tembakau lokal bisa dijadikan sebagai bahan tenun atau jadi bahan untuk tulisan batik, bahkan untuk memenuhi kebutuhan rokok tradisional," ujarnya.

Namun, angka kebutuhan rokok secara nasional masih minim. Di Jabar saja, tuturnya, dari kapasitas produksi tembakau per tahun mencapai 14.000 ton, yang mampu diserap oleh industri rokok tidak lebih dari 500 per tahun.

"Dari jumlah 14.000 ton itu sebanyak 4.000 ton bisa masuk ke nonpabrik rokok dan sisanya bisa diterima pabrik karena memenuhi kualifikasi," ujarnya.

Saat ini, dirinya mengaku sangat percaya diri tembakau lokal akan mengalami banyak permintaan seiring dengan tingginya permintaan untuk industri rokok atau diekspor ke Irak dan Iran.

Sementara itu, Penasihat APTI Jabar Iyus Supriatna mengatakan saat ini petani khawatir oleh aturan FCTC (Framework Convention on Tobacco Control). Pasalnya, hingga saat ini belum ditemukan pengganti tanaman tembakau yang dapat memberikan keuntungan bagi kesejahteraan petani tembakau.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper