Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Industri Ban 2014 Kurang Bergairah

Pengusaha merasa geliat penjualan ban nasional sepanjang tahun 2014 kurang bergairah sehingga dapat memicu kerugian.

Bisnis.com, BANDUNG--Pengusaha merasa geliat penjualan ban nasional sepanjang tahun 2014 kurang bergairah sehingga dapat memicu kerugian.

Asosiasi Perusahaan Ban Indonesia (APBI) mencatat, sepanjang Januari-Mei 2014 penjualan ban mobil hanya 19,46 juta unit. Turun 1,42% dari periode yang sama tahun 2013.

Ketua Umum APBI Aziz Pane mengatakan, penjualan ban melorot karena harga karet dunia belum membaik.

"Harga karet belum bagus dan ditambah kondisi pasar yang sudah mulai jenuh," katanya kepada Bisnis.com, Kamis (14/8/2014).

Memasuki semester II-2014, Azis mengatakan industri ban nasional bakal menghadapi tantangan dari dalam dan luar negeri.

Menurutnya, di dalam negeri, tantangan muncul dari invasi ban impor. Pihaknya mencatat sepanjang semester I-2014 impor ban mencapai 2,25 juta–3 juta unit.

Sementara dari luar negeri, gejolak politik yang terjadi di Ukraina dan Timur Tengah, berpotensi mengendurkan ekspor.

"Sekarang kondisi masyarakat Indonesia mayoritas masih ragu untuk membeli mobil, mereka lebih memilih jaga-jaga uangnya untuk situasi darurat," terang Azis.

Meski penjualan ban mobil dari Januari–Mei turun, rupanya produksi ban masih tumbuh 8,08% menjadi 21,80 juta unit ban.

Azis menjelaskan produksi ban di periode tersebut tumbuh karena saat itu produsen ban berekspektasi terhadap momen Lebaran dan gejolak pasar Timur Tengah.

Asosiasi Petani Karet Indonesia Jawa Barat menilai untuk pemenuhan hilirisasi karet diperlukan komitmen penuh pemerintah untuk melakukan revitalisasi di sektor hulu.

Penasihat Asosiasi Petani Karet Indonesia  Jabar Iyus Supriatna mengatakan potensi pengembangan hilirasi karet penting dilakukan mengingat wilayah perkebunan di Jabar yang mencapai 500.000 hektare belum digarap optimal.
 
"Dari puluhan komoditas yang tersebar di Jabar, karet merupakan salah satu komoditas unggulan yang bisa mendongkak pendapatan petani," ujarnya.

Menurutnya, selama ini kebutuhan hilirisasi karet semakin meningkat terutama untuk sektor otomotif, yang setiap tahunnya bisa tembus di atas 5%.
 
Dia menjelaskan pemasaran karet selama ini sedang bagus, apalagi belum stabilnya terhadap dolar Amerika Serikat menjadi peluang memperbanyak ekspor.
 
“Kalau ekspor karet banyak, setidaknya bisa menekan depresiasi rupiah terhadap dolar AS. Jadi, komoditas ini layak dikembangkan lebih banyak," katanya.
 
Pihaknya juga menyoroti mediasi perbankan lewat pemerintah kurang agresif sehingga petani kurang mengakses modal untuk pengembangan  karet.
 
“Memang diakui risiko pemberian kredit perbankan oleh bank masih sulit, itu terkendala jaminan. Akan tetapi, pemerintah harus mencari alternatif bagaimana kredit bisa mudah didapatkan petani," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper