Bisnis.com, JAKARTA - Kecelakaan yang melibatkan KA Sindoro, kereta yang sebelumnya digunakan oleh rombongan Wakil Menteri Perhubungan untuk memeriksa jalur mudik di Jawa Timur, menyebabkan dua korban jiwa. Bisnis.com berkesempatan merekam perjalanan inspeksi kereta itu sebelum mengalami kecelakaan.
Langit Kota Jember cerah bukan main. Tidak ada awan kelabu yang menggelayut. Cuaca yang tepat untuk melakukan perjalanan, bathin saya ketika tiba di Stasiun Jember, Rabu (16/7/2014).
Sebelumnya, rombongan Wakil Menteri Perhubungan Bambang Susantono yang terdiri dari Dirjen Perkeretaapian Kemenhub Hermanto Dwiatmoko, Direktur Lalu Lintas Ditjen Perkeretaapian Hanggoro Budi Wiryawan, Direktur Bandar Udara Ditjen Perhubungan Udara Bambang Tjahyono, Senior Manajer Humas Garuda Indonesia Ikhsan Rosan serta rombongan dari PT KAI, Dishub Jawa Timur serta sejumlah awak media ibukota, turut berpartisipasi dalam penerbangan perdana Surabaya-Jember.
Di peron stasiun, sebuah kereta berwarna kuning dan menarik satu gerbong sudah siap mengantar rombongan tersebut menuju Stasiun Ketapang, Banyuwangi, Jawa Timur. Sepintas dari luar, kereta produksi PT Industri Kereta Api (INKA), sebuah perusahaan pelat merah yang bermarkas di Madiun, mirip kereta commuter Prambanan Ekspres (Prameks) yang melayani rute Kutoarjo-Yogyakarta-Solo.
Karena merupakan kereta inspeksi yang sering digunakan para pejabat, interior kereta tersebut didesain secara khusus. Lokomotif kereta terkoneksi langsung dengan dua sofa sofa tempat para pejabat menghenyakan tubuh.
Terpisah oleh sekat, di belakang para pejabat, terdapat sebuah layar televisi lebar berukuran 24 inchi beserta berbagai perlengkapan sound system. Pada layar tersebut terdapat gambar kamera CCTV yang memantau areal di depan lokomotif.
Pada rangkaian lainnya di belakang lokomotif, terdapat meja panjang yang dikelilingi kursi, terlihat seperti meja kafetaria atau bisa digunakan untuk rapat, toilet, serta dereta sofa lagi di bagian paling belakang.
Waktu menunjukkan pukul 13.00 WIB saat kereta mulai melaju perlahan ke arah timur. Sepanjang perjalanan, pemandangan sawah, areal perkebunan serta perumahan penduduk silih berganti.
Sepanjang perjalanan, klakson kereta kerap meraung karena banyak terhampar perlintasan sebidang, baik yang resmi dan dijaga oleh petugas khusus, maupun yang tidak resmi yang hanya berwujud jalan setapak.
Beberapa jam kemudian, kereta berhenti di sebuah stasiun kecil yang belakang diketahui bernama Stasiun Mrawan. Stasiun tersebut terletak di daerah pegunungan, lebih dari 500 meter di atas permukaan laut dan terletak di kaki tebing. Hanya satu dua rumah saja yang terletak di sekitar stasiun tersebut.
“Stasiun ini bisa dikatakan merupakan stasiun paling terpencil di Jawa,” kata salah seorang petugas stasiun.
Tanaman kopi tumbuh subur di sekitar stasiun tersebut. Sebagian besar anggota rombongan turun untuk beristirahat. Saat itu dimanfaatkan para awak media untuk mewawancarai para narasumber.
Beberapa menit kemudian, kereta inspeksi tersebut terpaksa melangsir ke rel di sebelah karena harus memberikan jalan kepada KA Mutiara Selatan yang melaju ke Banyuwangi.
Wamenhub Bambang Susantono sempat memanfaatkan waktu untuk berfoto dengan latar belakang kereta inspeksi tersebut. Tidak hanya itu, dia juga berganti tugas menjadi fotografer dengan menjepret para peserta rombongan yang berfoto di depan kereta.
Kereta beserta rombongan kemudian bergerak makin ke timur. Sekitar 100 meter dari stasiun, sebuah terowongan sepanjang 800 meter mengular. Terowongan tersebut dibangun pada 1901 di masa kolonial Belanda dan dioperasikan pada 1910.
Di mulut terowongan, kereta kembali berhenti, dan sesi foto-foto kembali dilakukan oleh rombongan. Begitu kereta memasuki terowongan, tampilan pada layar CCTV berubah. Sebelumnya citra yang tampil di layar adalah bentangan pemandangan di depan gerbong, kali ini berganti dengan gambar suasana ruang kemudi.
Seorang pemuda berseragam PT KAI terlihat sibuk memainkan berbagai tuas yang terletak di ruang kemudi itu. Tangannya cekatan, matanya awas melihat situasi. Citra CCTV tersebut seketika berubah setelah kereta keluar dari terowongan dan melanjutkan perjalanan melintas di Stasiun Kalibaru, kemudian tiba di Ketapang.
Rombongan kemudian menuju ke Pelabuhan Penyeberangan Ketapang yang terletak sekitar 500 meter dari stasiun. Sebelum meninggalkan peron, saya sempat melirik ke arah kereta. Di balik jendela masinis, sang pemuda berseragam PT KAI yang cekatan memainkan tuas tadi melemparkan senyum ke arah saya.
Apakah masinis itu merupakan bernama Rinda Bagus Sujarwanto, yang gugur ketika kereta inspeksi tersebut mengalami kecelakaan beberapa jam sesudahnya di daerah Sidoarjo? Siapapun dia, masinis tersebut gugur di medan bakti.