Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bulog Bakal Sulit Hindari Impor Beras Tahun Ini

Meski pemerintah berulang kali mengklaim Perum Bulog (Persero) tidak akan mengimpor beras pada 2014, berbagai pakar menilai produksi beras nasional yang pasti akan anjlok tahun ini justru membuat peluang mendatangkan beras asing kian menganga.

Bisnis.com, JAKARTA—Meski pemerintah berulang kali mengklaim Perum Bulog (Persero) tidak akan mengimpor beras pada 2014, berbagai pakar menilai produksi beras nasional yang pasti akan anjlok tahun ini justru membuat peluang mendatangkan beras asing kian menganga.

Bulog, hingga saat ini, masih berkukuh pada klaim mereka akan mengulang kesuksesan tahun lalu untuk tidak impor beras. Padahal, rasio cadangan minimum beras Bulog (buffer stock) dan kebutuhan nasional 2014 berpotensi tidak mencapai keseimbangan.

“Awal tahun saja sudah banjir, ada erupsi, ada panen yang mundur. Belum lagi masalah serangan penyakit. Padahal, buffer stock dalam gudang [Bulog] harus cukup. Prediksi tahun ini pasti kurang. Bulan Maret ini harusnya sudah mulai pengadaan, tapi panen kemarin ini pasti sebagian gagal,” ujar Ketua DPP Perpadi Nellys Sukidi kepada Bisnis,com, Senin (10/3/2014).

Pemerintah, melalui Kemenko Perekonomian, memaparkan cadangan beras Bulog akhir 2013 masih berada di atas 2 juta ton, tapi saat ini sisanya hanya mencapai 1,7 juta ton. Namun, pemerintah masih saja berpendapat angka tersebut normal untuk pasokan Januari-Februari.

Cadangan beras yang dimiliki Bulog awal tahun ini merupakan sisa dari pasokan tahun lalu yang menembus 3,511 juta ton. Adapun, menurut Kementerian Perdagangan, konsumsi beras nasional adalah sekitar 36 juta ton/tahun.

Dalam keadaan ideal, produksi beras nasional per tahun harus mengalami kenaikan minimal 5%, mengikuti pertumbuhan kebutuhan domestik.

Apabila kenaikan produksi kurang dari angka tersebut, serapan buffer stock dari dalam negeri akan sulit terpenuhi. Akibatnya, potensi pembukaan keran impor pun melebar.

Permasalahannya adalah produksi beras 2014 dipastikan akan lebih rendah dibandingkan dengan tahun lalu.

Pada saat bersamaan, surplus beras 2013—yang diklaim Kementerian Pertanian mencapai 5,4 juta ton—dinilai belum mampu menopang kenaikan kebutuhan nasional.

“Idealnya, kalau cukup tidak perlu impor, tapi kalau kurang ya harus impor, karena buruh tani ini juga konsumen. Sekarang jangan main-main dengan buffer stock, apalagi negara kita sudah mau punya hajat [pemilu]. Nanti kalau timbul masalah [pasokan], itu jelas tidak bisa ditangani dengan spontan,” imbuh Nellys.

Data angka sementara (ASEM) Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan produksi padi pada 2013 adalah 71,29 juta ton gabah kering giling (GKG), naik 3,24% dari 2012. Angka tersebut setara dengan produksi beras sejumlah 44,82juta ton (dengan perhitungan produksi beras setara dengan 62,87% dari total produksi padi).

“Idealnya, kalau [produksi] 40 juta ton saja itu sudah bisa surplus. Masalahnya, data yang benar bagaimana? Karena data konversi lahan saja tidak akurat. Gampangnya, kalau ditelusuri data BPS, berapa luas lahan di Karawang? Sensus pertanian itu 10 tahun sekali, padahal 2 tahun sekali saja sudah banyak lahan yang jadi rumah dan pabrik,” kata Nellys.

Ekonom Senior Institute for Development of Economic and Finance (Indef) Bustanul Arifin juga berpendapat data yang disajikan BPS tidak cukup representatif untuk mengalkulasi angka produksi beras nasional.

“Jika Anda percaya pada data BPS, kita tidak perlu impor beras lagi. Namun, jika Anda ragu, sudah pasti akan ada impor tahun ini sejumlah 400.000 ton,” ujar Bustanul, yang juga Guru besar ilmu pertanian Universitas Lampung, kepada Bisnis.com.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper