Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pemerintah Waspadai Pelemahan Rupiah Pascapengumuman The Fed

Pemerintah mewaspadai potensi pelemahan Rupiah pascapengumuman The Fed yang akan mengurangi stimulusnya sebesar US$75 miliar pada Januari mendatang.
Ilustrasi/JIBI
Ilustrasi/JIBI

Bisnis.com, JAKARTA--Pemerintah mewaspadai potensi pelemahan  Rupiah pasca pengumuman The Fed yang akan mengurangi stimulusnya sebesar US$75 miliar pada Januari mendatang.

Menko Perekonomian Hatta Rajasa mengakui pasca pengumuman pengurangan stimulus oleh The Fed akan meningkatkan pelemahan rupiah ke level yang cukup mengkhawatirkan.

“Potensi itu ada, tapi pemerintah dan Bank Indonesia [BI] akan terus memonitor pergerakan rupiah pada masa-masa seperti ini,” katanya di Jakarta, Kamis (19/12/2013).

Dia menjelaskan dampak pengurangan stimulus The Fed diperkirakan tidak akan sehebat sebelumnya karena saat ini keputusan itu sudah resmi sehingga mengurangi ketidakpastian yang ada.

Pengurangan stimulus tersebut, ungkapnya, merupakan sesuatu yang pasti terjadi dan penarikannya pun akan dilakukan secara bertahap.

“Saya kira The Fed sudah memperhitungkan itu, mungkin akan ditarik bertahap dalam jangka waktu 6-8 bulan,” tuturnya.

Namun, dia mengingatkan pelaku pasar dan masyarakat tidak terlalu khawatir dan merespon berlebihan atas keputusan The Fed tersebut sehingga sentimen negatif tidak akan melukai nilai tukar Rupiah nantinya.

“Ketimbang merespon berlebihan atas keputusan tapering itu, pemerintah lebih fokus pada upaya-upaya untuk memperbaiki permasalahan struktural yang ada misalnya defisit neraca transaksi berjalan dan upaya menggenjot ekspor,”ucapnya.

Senada dengan pemerintah, Direktur Eksekutif Riset dan Edukasi BI Iskandar Simorangkir mengatakan kebijakan tapering oleh The Fed hanyalah salah satu pemicu permasalahan struktural yang dialami Indonesia saat ini.

“Yang lebih penting adalah bagaimana upaya pemerintah mampu meyakinkan masyarakat dan pelaku pasar bahwa pemerintah fokus pada upaya menyelesaikan pekerjaan rumah yang ada,”ungkapnya.

Menurutnya, sederet persoalan masih mengantri untuk diselesaikan antara lain persoalan ketergantungan impor baik bahan baku dan migas, ketahanan pangan, dan defisit neraca transaksi berjalan.

 “Jika berkaitan dengan rupiah, kita hanya perlu memperdalam kapasitas pasar valuta asing agar penawaran dan permintaan dapat diseimbangkan ,”sambungnya.

Selain itu, antisipasi lainnya terkait kebijakan pengurangan stimulus juga telah dilakukan oleh BI dengan menaikkan suku bunga sebesar 7,5% belakangan ini.

Sementara itu, ekonom Universitas Gadjah Mada Sri Adiningsih mengemukakan keputusan The Fed dalam mengurangi stimulus pada Januari mendatang justru akan menambah ketidakpastian yang baru.

Dia menjelaskan The Fed masih akan mempertimbangkan data pengangguran Amerika Serikat dan pertumbuhan ekonomi ketika nantinya akan melanjutkan pengurangan stimulus setelah Januari tahun depan.

 “Nah ini, ketidakpastian akan bertambah, apalagi fundamental kita juga belum kuat,”ucapnya.

Apalagi, sambungnya, investasi asing di Indonesia masih didominasi investasi jangka pendek sehingga potensi penarikannya diperkirakan akan lebih mudah dan massif.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Ismail Fahmi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper