Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sebagian Besar Aspal Kebutuhan Infrastruktur Masih Diimpor

Sebagian besar kebutuhan aspal untuk konstruksi infrastruktur di Indonesia masih harus diimpor sehingga dibutuhkan beragam upaya untuk meningkatkan produksi aspal dari lokasi dalam negeri.

Bisnis.com, JAKARTA - Sebagian besar kebutuhan aspal untuk konstruksi infrastruktur di Indonesia masih harus diimpor sehingga dibutuhkan beragam upaya untuk meningkatkan produksi aspal dari lokasi dalam negeri.

"Kebutuhan aspal lima tahun terakhir sekitar 1,2 juta ton per tahun dan akan semakin meningkat di masa mendatang," kata Wakil Menteri Pekerjaan Umum Hermanto Dardak dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Sabtu (2/11/2013).

Menurut Hermanto, mengingat produksi aspal dalam negeri hanya sekitar 400 ribu ton per tahun, maka Indonesia harus mengimpor sisa kebutuhan dari luar negeri. Untuk itu, pemerintah mendukung sejumlah usaha dalam membuat aspal lebih mudah didapat, dan ekonomis dengan kualitas yang lebih baik.

Hal tersebut didukung dengan pengembangan teknologi untuk mencapai keberlanjutan dalam pembangunan jalan di Indonesia.

Dia mengemukakan beberapa persoalan terkait aspal yang terdapat di Indonesia adalah permasalahan kualitas dan kelangkaan aspal yang mengakibatkan terhambatnya penyelesaian proyek jalan, serta harga yang tidak menentu.

Sebelumnya, pengusaha aspal meminta pemerintah melakukan penyesuaian harga aspal atau price adjustment terhadap kontrak saat ini, baik itu kontrak tahun jamak maupun kontrak tahun tunggal.

Penyesuaikan harga terhadap kontrak tersebut disebabkan naiknya harga bahan material kontruksi, menyusul menguatnya dolar terhadap rupiah sejak dua bulan terakhir, kata Ketua Bidang Organisasi DPP Asosiasi Aspal Beton Indonesia (AABI), Hartono, di Padang, Jumat (11/10).

Akibat penguatan dolar, menyebabkan rata-rata kerugian kami mencapai sekitar 18 persen hingga 21 persen, akibat seluruh bahan material kontruksi naik, "Padahal banyak pengusaha mengalami kerugian karena bekerja dengan belanja aspal lebih mahal dari perkiraan," jelas Hartono.

Sebagaimana diberitakan, Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nasional (LPJKN) meminta dukungan kemudahan dari pemerintah sebagai dampak melemahnya rupiah terhadap mata uang dolar Amerika Serikat yang terjadi akhir-akhir ini.

"Melemahnya rupiah berimbas pada kenaikan harga berbagai material utama konstruksi lebih dari 21%," kata Kepala LPJKN Tri Widjajanto.

Menurut Tri Widjajanto, kenaikan harga tersebut tidak hanya terjadi pada material utama konstruksi tetapi juga berdampak kepada bidang lainnya yang terkait seperti pengangkutan material.

Dia mengemukakan melemahnya nilai rupiah terhadap dolar AS dapat disebut sebagai guncangan ketiga yang terjadi sepanjang 2013 setelah meningkatnya UMR dan kenaikan harga BBM bersubsidi. "Kami masih bisa bertahan dengan kenaikan BBM dan UMR, sekarang ini ditambah pelemahan rupiah," katanya.

Untuk itu, ia berharap pemerintah dapat memberlakukan penyesuaian harga terhadap seluruh jenis kontrak serta adanya kebijakan kemudahan pengadaan material konstruksi dan pengurangan pajak impor.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Fatkhul-nonaktif
Sumber : Newswire
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper