Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Industri Tekstil, Kompetensi Tenaga Kerja Lemahkan Daya Saing Produksi

Bisnis.com, JAKARTA--Daya saing produksi kain dalam negeri masih terhalang kemampuan tenaga kerja atau operator untuk mengoperasikan mesin tenun. Berdasarkan data Kementerian Perindustrian, pada tahun lalu, nilai impor kain lebih besar yakni US$4,7 miliar

Bisnis.com, JAKARTA--Daya saing produksi kain dalam negeri masih terhalang kemampuan tenaga kerja atau operator untuk mengoperasikan mesin tenun.

Berdasarkan data Kementerian Perindustrian, pada tahun lalu, nilai impor kain lebih besar yakni US$4,7 miliar dibandingkan nilai ekspor dalam negeri US$4,3 miliar. Adapun nilai ekspor benang yakni US$1,7 miliar lebih besar dibandingkan dengan nilai impor US$300 juta. Impor kain didominasi oleh permintaan pembeli yakni Korea dan China.

Selama ini operator dalam negeri lebih banyak berlatih menggunakan mesin yang sudah tua. Akibatnya, operator mesin tekstil industri didominasi oleh operator asal India.

Direktur Industri Tekstil dan Aneka Ditjen Basis Industri Basis Manufaktur Kemenperin Ramon Bangun menyebutkan saat ini pelaku industri tengah giat menggenjot produksi kain dalam negeri. Terbukti dengan minat pelaku industri mengganti mesin asal China dengan buatan Eropa.

"Namun, permintaan yang tinggi masih terkendala karena kesulitan mencari operator. Padahal putaran mesin Eropa mencapai 700 rpm, dibandingkan dengan buatan China 300-400 rpm, tapi karena keterampilannya kurang jadi sama saja hasilnya," ujar Ramon kepada Bisnis, Minggu (21/7).

Adapun penggenjotan produktivitas dan ekspor kain dalam negeri ini, kata Ramon, sangat penting untuk mengurangi ketergantungan impor, meningkatkan kualitas kain dalam negeri dan nilai tambah, serta untuk memenuhi permintaan dalam negeri dari sektor fesyen.

Pemerintah juga menargetkan produksi tekstil dalam negeri fokus menggarap produk menengah, bukan lagi yang rendah, agar tak lagi bersaing dengan produk Vietnam untuk meghadapi Asean Economic Community (AEC) 2015.

Ramon memproyeksikan jika target ini tercapai, produk kain Indonesia bisa diekspor ke Malaysia, Singapura, dan Jepang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper