Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BBM NAIK HARGA: Pemerintah Yakin Tidak Akan Ada Rush

BISNIS.COM, JAKARTA--Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yakin tidak akan ada rush (lonjakan pembelian secara cepat) bahan bakar minyak (BBM) subsidi yang berlebihan menjelang diumumkannya kenaikkan harga.

BISNIS.COM, JAKARTA--Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yakin tidak akan ada rush (lonjakan pembelian secara cepat) bahan bakar minyak (BBM) subsidi yang berlebihan menjelang diumumkannya kenaikkan harga.

Wakil Menteri ESDM Susilo Siswoutomo mengatakan pihaknya telah bekerja sama dengan PT Pertamina (Persero) untuk mengantisipasi rush pembelian BBM subsidi. Badan usaha milik negara (BUMN) itu pun diyakini dapat mengantisipasi rush yang akan terjadi nantinya.

“Saya yakin rush yang akan terjadi tidak akan sebanyak pada saat kenaikkan harga BBM subsidi sebelumnya. Lagipula Pertamina sudah siap mengantisipasinya,” katanya di Jakarta, Minggu (16/6/2013).

Seperti diketahui, Pemerintah sendiri menargetkan akan menaikkan harga BBM subsidi pekan ini atau setelah disahkannya anggaran pendapatan dan belanja negara perubahan (APBNP) 2013. Dengan begitu, pemerintah dapat langsung menggunakan dana kompensasi yang dianggarkan di dalamnya saat menaikkan harga BBM subsidi.

Sementara itu, pengendalian konsumsi BBM subsidi saat ini hanya dilakukan melalui Peraturan Menteri ESDM yang melarang kendaraan dinas pemerintah pusat, pemerintah daerah, BUMN dan BUMD menggunakan BBM subsidi. Selain itu, Kementerian ESDM juga telah mengeluarkan aturan yang melarang kendaraan perkebunan dan pertambangan menggunakan BBM subsidi.

Dari data Pertamina, konsumsi BBM subsidi pada periode Januari-Mei 2013 masih sesuai kuota yang telah ditetapkan. Konsumsi premium pada periode itu mencapai 11,99 juta kiloliter atau lebih rendah dibandingkan kuota APBN 2013 yang sebesar 12,01 juta kiloliter.

Sedangkan konsumsi minyak tanah Januari-Mei 2013 sebesar 0,46 juta kiloliter atau lebih rendah 0,1% dibandingkan dengan kuota yang sebesar 0,70 kiloliter. Sementara konsumsi solar di periode tersebut sebesar 6,39 juta kiloliter atau lebih besar 8,3% dibandingkan kuota dalam APBN 2013 sebesar 5,91 juta kiloliter.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Lili Sunardi
Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper