Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

INDUSTRI TEKSTIL: Permintaan Pasar & Tenaga Kerja Belum Sebanding

BISNIS.COM, BANDUNG--Tingginya permintaan pasar terhadap sektor industri tekstil produk tekstil (TPT) Kabupaten Bandung pada kenyataannya tidak sebanding dengan ketersediaan tenaga kerja yang berkualitas.

BISNIS.COM, BANDUNG--Tingginya permintaan pasar terhadap sektor industri tekstil produk tekstil (TPT) Kabupaten Bandung pada kenyataannya tidak sebanding dengan ketersediaan tenaga kerja yang berkualitas.

Deden Suwega selaku Ketua Persatuan Pengusaha Tekstil Majalaya atau PPTM mengatakan dari puluhan ribu tenaga kerja yang memiliki kemampuan optimal masih sedikit.

“Tekstil ini merupakan industri padat karya. Apabila satu pabrik memiliki ribuan pekerja artinya semua dituntut bekerja dengan kemampuan yang cukup. Akan tetapi saat ini seluruh SDM angkatan baru tingkat pengetahuannya tentang TPT rendah,” ujarnya kepada Bisnis, Senin (15/4/2013).

Menurutnya, seharusnya pemerintah terus memperhatikan kebutuhan tenaga kerja pada industri TPT.

Jumlah SDM angkatan baru sebenarnya sudah terpenuhi untuk menunjang produksi pada industri kelas menengah yang dituntut menghasilkan produk berkualitas.

Namun, katanya, pemerintah tidak banyak membantu untuk mengejar tuntutan tersebut. Pemerintah diharapkan dapat memberikan pelatihan-pelatihan kepada para SDM tersebut sehingga kesetaraan pengetahuan SDM antarperusahaan tekstil di Majalaya menjadi seimbang.

“Selama ini, pelatihan digelar masing-masing perusahaan yang memiliki dana atau terkadang para perusahaan saling bajak SDM,” ungkapnya.

Di lain pihak, permintaan tekstil Majalaya, khususnya kain sarung sepanjang tahun ini masih cenderung tinggi, kendati masa puncak penjualan masih tiga bulan lagi.

Deden mengungkapkan biasanya permintaan kain sarung ramai saat dua bulan menjelang puasa. Namun untuk tahun ini, permintaan kain sarung terus meninggi terhitung sejak Iduladha 2012.

“Permintaan didominasi pasar lokal 75% dan sisanya 25% permintaan dari luar negeri melalui distributor masing-masing,” ujarnya.

Deden menuturkan, meskipun ada kenaikan harga yang disesuaikan dengan tarif dasar listrik (TDL) dan upah minimum karyawan (UMK), tetapi permintaan kain sarung dari Majalaya relatif meningkat.

Dia mengungkapkan kapasitas produksi kain setiap bulannya yaitu 1 juta potong, sejauh ini selalu terpenuhi dan terdongkark oleh permintaan kain sarung.

“Permintaan sarung itu seperti siklus, tetapi sekarang tidak biasanya sepertinya dikarenakan banyaknya pemilihan kepala daerah yang ada di Indonesia,” tuturnya.

Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag) Kabupaten Bandung mencatat total ekspor TPT berkontribusi terbesar terhadap total ekspor Kabupaten Bandung sebesar 75% dari US$833,68 juta.

Kepala Diskoperindag Kabupaten Bandung Popi Hopipah mengatakan jumlah eksportir di wilayahnya mencapai 141 perusahaan.

Namun dari sejumlah itu tidak seluruhnya melakukan secara rutin melakukan penerbitan certificate of origin atau surat keterangan asal.

“Oleh karenanya kami akan terus berupaya untuk memberikan kemudahan dalam penerbitan certificate tersebut agar produksi TPT Kabupaten Bandung lebih meningkat pada tahun ini,” ungkap Popi.

Pada perkembangan lain, program restrukturisasi mesin tekstil produk tekstil atau TPT di Indonesia telah meningkatkan ekspor dan menyerap tenaga kerja Indonesia sekitar 300.000 jiwa per tahun.

Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Suderajat mengemukakan sejak 2007 hingga kini nilai ekspor TPT Indonesia meningkat 85% dari US$7 miliar menjadi US$13 miliar dengan penyerapan tenaga kerja mencapai 1,4 juta jiwa.

“Pemerintah memberikan kucuran dana Rp125 miliar untuk alokasi program tersebut dan mayoritas sebesar 60% industri TPT Jabar mengajukan permohonan bantuan,” katanya.

Dana restrukturisasi langsung digulirkan pada pemohon yang memerlukan bantuan dalam meningkatkan produksi TPT.

Ade mengungkapkan kedala teknis dinamika lapangan dalam perkembagan program restrukturisasi mesin a.l listrik, gas, dan bahan energi lainnya.

“Saat ini para pengusaha tekstil sedang mengalami kesulitan pasokan energi, terutama setelah diberlakukannya sistem pemadaman bergilir sehingga berimbas pada aktivitas produksi,” katanya.(k29/k31/k32)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper