Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PENERIMAAN PAJAK: Risiko internal perlu diwaspadai

JAKARTA—Pemerintah perlu mewaspadai risiko internal selain risiko eksternal yang bisa mengganggu penerimaan pajak tahun depan.

JAKARTA—Pemerintah perlu mewaspadai risiko internal selain risiko eksternal yang bisa mengganggu penerimaan pajak tahun depan.

Gunadi, Pengamat Pajak UI, mengatakan kelesuan perekonomian global memang akan mengurangi penerimaan pajak sektor usaha yang penerimaannya berasal dari ekspor.

Namun, lanjutnya, kewaspadaan pemerintah juga diperlukan terhadap faktor-faktor internal yang berisiko menurunkan penerimaan pajak. Dia mengungkapkan permasalahan upah buruh dan penjagaan daya saing produk domestik sebagai beberapa faktor yang bisa turut andil mempengaruhi penerimaan pajak.

“Tahun depan ini, kalau UMP [Upah Minimum Provinsi] tidak segera diselesaikan jadi hambatan kinerja manufaktur dan penerimaan pajak 2013,” ungkapnya kepada Bisnis, Jumat (21/12/2012).

Kendati demikian, jelasnya, dengan adanya kenaikan UMP maka terdapat potensi peningkatan penerimaan PPh karyawan.

Sementara itu, pengendalian impor diperlukan agar daya saing produk domestik dapat terjaga sehingga industri dalam negeri tidak kalah bersaing dengan produk impor.

“Kalau kran impor dibuka lebar, produk domestik kalah bersaing. Pantas saja kalau [penerimaan] pajak turun,” ungkapnya.

Gunadi menyarankan agar pemerintah lebih fokus terhadap sektor-sektor ekonomi yang sedang meningkat agar penerimaannya bisa menutupi kekurangan dari sektor penerimaan yang lain.

Kemudian, lanjutnya, pemerintah bisa mengoptimalkan pungutan pajak tambahan harta, selain upaya ekstensifikasi berupa penjaringan Wajib Pajak (WP) potensial dan upaya intensifikasi pajak berdasar data.

Manfaatkan data transaksi tunai PPATK dan PPh dari korupsi yang diputus MA untuk pungutan pajak tambahan harta,” jelasnya.  

Dia mengatakan pemerintah juga perlu meningkatkan pengawasan dan pengamanan setoran pajak sebagai langkah antisipasi yang lain.(msb)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Sumber : Hedwi Prihatmoko

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper