Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

JAKARTA—PT Pertamina (Persero) saat ini fokus berupaya mengambilalih Blok Mahakam di Kalimantan Timur dan tidak berminat mengambilalih blok-blok lain yang masa kontraknya juga mau habis.
 
VP Corporate Communication Pertamina Ali Mundakir mengatakan selain Blok Mahakam, Pertamina saat ini tidak mengincar blok-blok lain.
 
“Mahakam masih jadi fokus. Pertamina hanya mengincar yang memiliki nilai strategis, karena mempertimbangkan cadangan dan teknologinya juga,” ujarnya ketika ditemui di kantornya, akhir pekan lalu.
 
Ali mengatakan memang setiap blok yang habis masa kontraknya akan dikembalikan kepada negara. Selanjutnya, Pertamina sebagai BUMN migas diberikan kesempatan pertama untuk melanjutkan pengelolaan blok-blok tersebut. Namun menurut Ali, Pertamina juga mempertimbangkan banyak hal sebelum mengambilalih semuanya.
 
“Intinya harus bisa memberikan nilai tambah bagi Pertamina. Tidak semua blok lantas kita ambilalih, Pertamina juga kan ngga serakah,” ujarnya.
 
Terkait Blok Mahakam sendiri, menurut Ali sebenarnya Pertamina masih sangat terbuka bekerjasama dengan kontraktor migas lainnya untuk bersama-sama mengelola blok itu, pasca blok itu diberikan ke Pertamina pada 2017 saat kontraknya habis.
 
“Pertamina sangat terbuka bekerja sama dengan siapa pun, termasuk Total,” ujarnya.
 
Ali mengatakan Pertamina sudah memutuskan tidak mengakuisisi Blok Mahakam di tengah-tengah (selama 2012—2017) karena pemerintah sudah memutuskan akan memutus kontrak Total E&P Indonesie pada 2017.
 
“Selanjutnya, blok itu jadi 100% punya negara dan kemudian diserahkan ke Pertamina. Saat sudah 100% punya Pertamina, Pertamina bisa farm out, dan yang farm in bisa saja Total atau Inpex [pemegang hak partisipasi eksisting],” jelasnya.
 
Ali mencontohkan saat Pertamina farm in membeli saham BP di Blok ONWJ, produksi blok itu sekitar 22.000 barel per hari. Saat farm in hampir 50%, Pertamina membayar US$260 juta ke BP untuk mendapatkan sekitar 10.000 bph.
 
Sementara itu, produksi gas Blok Mahakam saat ini 2.200 juta kaki kubik per hari (MMscfd) atau setara 370.000 barel ekuivalen minyak. Ali mencontohkan jika Pertamina melakukan share down sebesar 20% saja (ekivalen 74.000 bph), maka kontraktor lain yang mau farm in harus membayar ke Pertamina sekitar US$1,8 miliar atau hampir tujuh kali lipat dibandingkan saat Pertamina farm in ke Blok ONWJ.
 
“Dana itu nanti tergantung pemerintah sebagai pemegang saham, apakah untuk menambah investasi Pertamina atau untuk deviden 2018, misalnya,” tambah Ali.(faa)
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper