Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

APBN 2013: Defisit tinggi bukan karena stimulus fiskal

JAKARTA: Beberapa ekonom menilai kebijakan defisit dalam APBN 2013 belum menggambarkan rencana belanja anggaran yang berkualitas untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.Pemerintah menetapkan target defisit anggaran Rp153,3 triliun dalam APBN 2013 atau sekitar

JAKARTA: Beberapa ekonom menilai kebijakan defisit dalam APBN 2013 belum menggambarkan rencana belanja anggaran yang berkualitas untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.Pemerintah menetapkan target defisit anggaran Rp153,3 triliun dalam APBN 2013 atau sekitar 1,65% dari proyeksi pendapatan domestik bruto (PDB) tahun depan.Target tersebut lebih tinggi dari sasaran dalam RAPBN 2013 Rp150,2 triliun atau sekitar 1,62% dari target PDB 2013.Direktur INDEF Enny Sri Hartati mengatakan target defisit APBN 2013 memiliki tingkat risiko yang tinggi karena sebagian besar anggaran pemerintah bukan berfungsi sebagai stimulus fiskal.Dia memaparkan belanja APBN 2013 yang terbesar digunakan untuk subsidi dan membiayai gaji pegawai negeri sipil.“Kalau defisit anggaran bukan untuk stimulus fiskal akan menimbulkan beban jangka panjang,” kata Enny, Selasa (23/10).Rencana belanja subsidi dalam APBN 2013 mencapai Rp317,2 triliun atau 27,4% dari total belanja pemerintah pusat, sedangkan belanja pegawai disepakati Rp214,07 triliun.Kepala Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik Universitas Gadjah Mada Tony Prasetiantono mengatakan pemerintah seharusnya masih bisa mendorong defisit anggaran hingga 2% dari PDB.“Defisit untuk emerging country seperti Indonesia seharusnya 2% terhadap PDB, bahkan pada saat krisis bisa dinaikkan sampai 3% PDB,” katanya.Tony mengingatkan capaian defisit APBN yang rendah biasanya merupakan dampak dari serapan belanja yang rendah karena keterbatasan kemampuan birokrat mengeksekusi belanja modal.Kepala Ekonom PT Bank Mandiri Tbk (Persero) Destry Damayanti menambahkan defisit APBN seharusnya diarahkan untuk membiayai belanja infrastruktur yang mampu menciptakan potensi kenaikan pendapatan negara.Belanja subsidi, jelasnya, hanya mampu memberikan stimulus fiskal jangka pendek dan tidak bisa memacu ekonomi tumbuh lebih tinggi di masa depan.“Berbeda dengan belanja modal yang pada dasarnya pendapatan yang tertunda. Belanja modal adalah investasi yang bisa menciptakan konsumsi lebih tinggi di masa depan,” kata Destry. Menteri Keuangan Agus Martowardojo mengatakan pemerintah menaikkan target defisit untuk mengakomodasi kebutuhan belanja yang belum muncul pada saat RAPBN 2013 disusun.Dia menjelaskan tambahan tersebut, di antaranya, untuk membiayai kebutuhan belanja Badan Pengawas Pemilu, Otoritas Jasa Keuangan, Daerah Istimewa Yogyakarta hingga program E-KTP.Peningkatan defisit tersebut, lanjutnya, akan dibiayai melalui Surat Utang Negara.“Jumlah SUN sudah jauh menurun pada 2013. Pada 2013 total pembiayaan Rp190 triliun sekarang hanya sekitar Rp150 triliun,” katanya.Menkeu menegaskan target defisit APBN 2013 masih sangat kecil dibandingkan dengan negara-negara berkembang lain dan menunjukkan ketahanan fiskal Indonesia, bahkan dalam menghadapi potensi krisis ekonomi global.Selain itu, Agus mengingatkan anggaran belanja infrastruktur dalam APBN 2013 naik 25% dari Rp170 dalam APBN 2012 menjadi Rp213 triliun. (Bsi)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nancy Junita

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper