Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

HARGA GAS naik, industri makanan hitung ulang biaya produksi

JAKARTA: Pengusaha sektor makanan dan minuman dalam negeri akan menghitung ulang biaya produksi terkait dengan kenaikan harga gas pekan lalu.

JAKARTA: Pengusaha sektor makanan dan minuman dalam negeri akan menghitung ulang biaya produksi terkait dengan kenaikan harga gas pekan lalu.

 

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Adi Lukman memastikan kenaikan harga gas itu berpengaruh pada membengkaknya biaya operasional perusahaan.

 

Bila harga gas naik 20%, ungkapnya, maka itu akan berimbas pada harga pokok 2%-3%.

 

"Kami pastikan harga gas naik itu akan berpengaruh pada biaya operasional. Kami akan menghitung ulang biaya produksi," katanya akhir pekan lalu.

 

Selain itu, tuturnya, Gapmmi meminta kepada pemasok gas terkait agar menjamin ketersediaan gas ke setiap perusahaan.

 

Dia menegaskan kecukupan gas tersebut merupakan suatu bentuk insentif pemasok kepada perusahaan yang menggunakan bahan bakar gas.

 

"Kami meminta agar supply gas terjamin untuk keberlangsungan produksi perusahaan," tegasnya.

 

Suradja Herman, Chief Executive Officer PT ABC President Indonesia, produsen minuman Nu Green Tea, menambahkan pihaknya selalu kekurangan pasokan gas untuk mendukung proses produksi.

 

Menurutnya, jalan keluar yang ditempuh perusahaan adalah membeli compressed natural gas (CNG) yang sebenarnya tidak sesuai dengan peruntukannya.

 

"Kami selalu meminta pasokan gas agar terjamin, namun tidak selalu dipenuhi," tegasnya.

 

Sebelumnya, Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Franky Sibarani menuturkan pihaknya menilai PT Perusahaan Gas Negara (PGN) semena-mena dalam menaikan harga tanpa memikirkan nasib sekitar 60 pabrik pemakai gas yang akan semakin terhimpit biaya tinggi.

 

"Kami ini dalam posisi yang sulit. Menurut kami PGN itu semena-mena," tegasnya.

 

Menurutnya, PGN seperti melimpahkan bebannya ke industri atas perselisihan yang terjadi dengan BP Migas terkait permasalahan stok gas yang berkurang.

 

Untuk itu, lanjut Franky, dalam jangka pendek Gapmmi bersama Kementerian Perindustrian akan bicara dengan PGN untuk itu sekaligus meminta alokasi gas ke industri makanan dan minuman dilebihkan, terutama untuk yang investasinya sudah berjalan.

 

Hal itu penting mengingat industri makanan dan minuman merupakan industri unggulan kedua setelah industri baja, yang membutuhkan pasokan gas untuk bisa menjaga pertumbuhannya.

 

"Sekitar 50-60 pabrik makanan dan minuman itu tergantung dengan gas, dan itu ada yang belum tersuplai gas dan ada yang baru 30%-40% terpasok," jelasnya.(12/Bsi)

 

+ JANGAN LEWATKAN:

 

>>> 10 ARTIKEL PILIHAN REDAKSI HARI INI

>>> 5 KANAL TERPOPULER BISNIS.COM

>>> 10 ARTIKEL MOST VIEWED BISNIS.COM

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis :
Sumber : Herdiyan

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper