Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

 

JAKARTA: Ratusan pengembang rumah di bawah tipe 36 untuk masyarakat berpenghasilan rendah berhasil menjual sekitar 5.000 unit rumah tipe tersebut.
 
Eddy Ganefo, Ketua Asosiasi Pengembang Perumahan Seluruh Indonesia (Apersi), mengatakan dengan demikian stok rumah di bawah tipe 36 yang belum terserap pasar hingga saat ini tersisa sekitar 22.000 unit.
 
Rumah-rumah tersebut tidak terserap pasar akibat adanya perubahan aturan mengenai pembatasan rumah tapak yang berhak mendapat KPR dengan fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP) minimal tipe 36. Padahal saat itu stok rumah dibawah tipe itu mencapai 27.000 unit.
 
Untuk menghabiskan stok itu, Apersi mengambil alternatif untuk memberikan subsidi terhadap selisih bunga KPR komersial yang sebesar 8,5% dengan bunga FLPP yang sebesar 7,25%. Subsidi ini diberikan selama dua tahun pertama, dan diharapkan pada tahun ketiga masyarakat sudah mampu membayar sesuai bunga KPR komersial.
 
“Dengan subsidi ini, kami berhasil menjual sekitar 5.000 unit rumah, yang sebagian besar di Jawa Barat dan Timur. Ratusan pengembang yang tadinya nyaris kolaps, akhirnya bisa sedikit bernapas,” ujar Eddy hari ini.
 
Sebelumnya diberitakan, sekitar 300 pengembang properti untuk kalangan menengah ke bawah terancam gulung tikar karena lambatnya daya serap pasar.
 
Padahal, rumah di bawah tipe 36 itu dibangun dengan dana kredit konstruksi dari pihak bank. Tiap bulannya, para pengembang rumah-rumah tersebut menanggung sekitar Rp9 miliar untuk membayar bunga dari kredit itu.
 
Pihak bank juga keberatan jika para pengembang tersebut meminta kenaikan plafon kredit konstruksi, sebab dikhawatirkan berpengaruh negatif terhadap rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) bank yang bersangkutan. Hal ini kemudian menyebabkan aliran modal ke pengembang terhambat.
 
Eddy menambahkan, anggota Apersi yang sebagian besar bermain di segmen Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) belum berencana meninggalkan segmen tersebut, walaupun untuk menjaga cashflow, mereka melakukan sejumlah ekspansi.
 
Ekspansi itu antara lain membangun rumah untuk segmen pasar yang dinilai lebih menguntungkan dan komersil, seperti tipe 150 dan membidik jenis usaha lain.  “Tapi belum banyak anggota kami yang melakukan ekspansi itu, mungkin hanya 5%-10%,” ujar Eddy.
 
Dia optimistis, sisa stok rumah di bawah 36 itu akan habis terjual hingga akhir tahun, walaupun penyerapannya sangat lambat. Diharapkan, dengan habisnya stok ini, para pengembang bisa kembali membangun rumah untuk MBR. (sut)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Sutarno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper