Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

 

JAKARTA: Importir di Cape Town, Afrika Selatan, tertarik untuk membeli produk asal Indonesia yang dapat dikemas ulang untuk dipasarkan kembali di pasar Afrika.
 
Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi dalam misi dagang ke Cape Town mengetahui hal itu setelah berbincang dengan para importir atau distributor setempat.
 
Adapun produk-produk yang dinilai berprospek untuk diekspor ke sana adalah makanan, kertas, rempah-rempah, dan bahan bangunan.
 
“Total nilai perdagangan Indonesia-Afrika Selatan berpotensi ditingkatkan delapan kali lipat menjadi US$16 miliar,” katanya sore ini. 
 
Nilai tersebut merupakan 1% dari gabungan PDB Indonesia yang sebesar US$1,1 triliun dan Afsel yakni US$548,3 miliar.
 
Direktur PT Aneka Coffee Munardji Soedargo sebelumnya  mengatakan memang ada beberapa alternatif untuk memasarkan produk ke Afsel, diantaranya adalah dengan mengekspor produk setengah jadi.
 
“Misalnya, kami melakukan ekspor lalu yang mengemas adalah rekanan di Afsel dengan label mereka, untuk dipasarkan di negara itu,” jelasnya.
 
Pada tahun lalu, perdagangan Indonesia-Afsel baru tergolong kecil yakni US$2,1 miliar yang mengalami peningkatan 23,95% dibandingkan dengan tahun sebelumnya US$1,1 miliar. Afsel merupakan negara mitra dagang Indonesia yang berada pada posisi ke-23.
 
Wamendag mengatakan perlu adanya peningkatan hubungan antarkedua negara guna memicu peningkatan perdagangan.
 
“Hubungan orang per orang antara masyarakat Indonesia dan Afsel perlu ditingkatkan lagi menjadi hubungan antarpebisnis,” katanya.
 
Menurutnya, Afsel bisa memanfaatkan Indonesia sebagai pintu masuk ke negara-negara Asean, begitu juga sebaliknya.
 
Selama ini ekspor utama Indonesia ke Afsel adalah minyak sawit, karet, alam, komponen otomotif, kertas, benang, alas kaki, serta bahan kimia dan produk kimia. Sementara itu, impor dari Afsel adalah tebu, kacang kedelai, alumunium, dan kapas.
 
Dirjen Pengembangan Ekspor Nasional Kemendag Gusmardi Bustami sebelumnya mengatakan Indonesia akan meminta Afsel untuk menegosiasikan kerja sama perdagangan di bidang tertentu atau PTA (preferential trade agreement).
 
Dia menuturkan PTA diperlukan untuk menurunkan tingginya tarif bea masuk yang dikenakan oleh Afsel terhadap produk-produk asal Indonesia.
 
“Rata-rata tarif di Afsel itu tinggi hampir 11%, sementara Indonesia 6,4%. Kami akan meminta agar tarif diturunkan, dan bisa juga untuk memulai PTA dimana hanya beberapa produk yang masuk ke dalam skema itu,” jelasnya siang ini.
 
Dia memaparkan beberapa produk yang dikenai tarif cukup tinggi oleh pemerintah Afsel adalah ban mobil, suku cadang otomotif, mebel, dan juga tekstil dan produk tekstik (TPT).
 
Khusus ban mobil, Gusmardi menuturkan tarif yang dikenakan oleh Afsel mencapai 30% karena adanya pabrik ban yang menyerap tenaga kerja cukup banyak. (sut)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Sutarno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper