Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

 

JAKARTA: Indonesia dan Inggris berniat menggenjot perdagangan menjadi US$30 miliar per tahun atau sebesar 1% dari PDB kedua negara.
 
Menteri Perdagangan Gita Wirjawan mengatakan perdagangan Indonesia-Inggris saat ini masih jauh dari target itu, yakni sebesar US$2,89 miliar tahun lalu.
 
Dia menuturkan pihaknya akan membahas peningkatan perdagangan seiring dengan kunjungan PM Inggris David Cameron ke Jakarta pada 11-12 April 2012.
 
“Yang harus diaspirasi adalah 1% dari total PDB kedua negara, yaitu sebesar US$30 miliar,” kata Gita yang juga sebagai Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal,  hari ini.
 
Tahun lalu, neraca perdagangan Indonesia masih surplus dengan Inggris sebesar US$545,78 juta, karena ekspor sebesar US$1,72 miliar dan impor US$1,17 miliar.
 
Adapun perdagangan kedua negara pada Januari 2012 sebesar US$272,88 juta, meningkat 39,3% dibandingkan dengan Januari 2011 yakni US$195,89 juta.
 
Dubes Inggris untuk Indonesia Mark Canning mengatakan kunjungan Cameron akan membahas sejumlah masalah strategis diantaranya adalah tentang perdagangan, pendidikan, perubahan iklim, investasi, dan keamanan global.
 
“Indonesia sangat berarti bagi Inggris. Perdagangan dan Investasi merupakan agenda yang utama,” jelas Canning.
 
Sementara itu terkait investasi Inggris di Indonesia, Gita mengatakan tahun lalu sebesar US$1 miliar dan ditargetkan meningkat 20% menjadi US$1,2 miliar.
 
Dia menuturkan perusahaan Inggris yaitu Jardines sudah bekerja sama dengan Grup Astra yang merupakan raja otomotif di Indonesia.
 
“Nanti akan ada kerja sama juga antara Rolls-Royce dan Garuda Indonesia, untuk pengembangan mesin [pesawat]. Mereka [Rolls-Royce] punya teknologi canggih yang bisa diaplikasikan di Indonesia,” katanya.
 
Sebelumnya, Inggris juga telah mengucurkan hibah senilai US$80 juta ke Indonesia untuk mengatasi perubahan iklim dan kerusakan hutan.
 
Hibah tersebut merupakan bukti bahwa Inggris tidak mengendurkan dukungan bagi pembangunan Indonesia meski kawasan Eropa tengah dilanda krisis utang.
 
Adapun hibah tersebut diberikan langsung oleh Menteri Pembangunan Internasional Inggris Andrew Mitchell dalam kunjungannya ke Tanah Air beberapa waktu lalu.
 
“Mereka menyampaikan komitmen untuk tidak mengurangi dukungannya kepada negara berkembang,” jelas Wakil Menteri Keuangan II Mahendra Siregar.
 
Dia memaparkan selama ini hubungan bilateral antara Indonesia dan Inggris berjalan cukup baik dengan tingkat perdagangan dan investasi yang terus meningkat setiap tahunnya.
 
Kerja sama bilateral tersebut perlu didorong terus a.l. dengan menjaga kesinambungan pembangunan ekonomi nasional. (sut)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Sutarno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper