Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

 

JAKARTA: Asosiasi Pengusaha Pulp dan Kertas Indonesia (APKI) menargetkan volume produksi industri pulp dapat mencapai 20,4 juta ton dan kertas sebesar 19,8 juta ton pada 2020.
 
Direktur Eksekutif APKI Liana Bratasida optimistis pertumbuhan industri pulp dan kertas dapat berkembang pesat, didorong oleh kondisi tanah dan musim di Indonesia yang kondusif dalam pengembangan hutan tanaman industri (HTI).
 
Menurut Liana, produksi pulp dan kertas Indonesia berpotensi mengungguli negara-negara penghasil hutan tanaman produktif seperti Brazil, Amerika Serikat, bahkan China. Hingga kini, produksi pulp Indonesia telah mencapai 6,9 juta ton per tahun, dan kertas yang diproduksi sebesar 11,5 juta ton per tahun.
 
Indonesia kini menempati urutan ke-9 sebagai produsen pulp di dunia. Selain itu, produktivitas industri kertas Indonesia bahkan telah berada di posisi ke-6 menyalip negara-negara Skandinavia yang kini lebih cenderung menggalakkan impor akibat kelangkaan bahan baku.
 
“Harus diakui kita mempunyai lahan yang subur dengan lokasi strategis di kawasan tropis, sehingga pengembangan industri jauh lebih pesat ketimbang negara dingin,” ungkapnya dalam Workshop Pulp dan Kertas di Jakarta hari ini.
 
Liana memperkirakan potensi produksi pulp dan kertas akan meningkat stabil yakni sekitar 20% setiap tahun sehingga kapasitas terpasang industri dapat mencapai dua kali lipat pada 2020. Menurutnya, hingga kini sudah ada  14 unit industri pulp dan 79 perusahaan kertas yang siap menggenjot skala produksi.
 
Peningkatan kapasitas produksi diharapkan mampu memasok kebutuhan pulp dan kertas baik di dalam negeri maupun ekspor. Liana meyakini kebutuhan kertas akan terus meningkat dengan pertumbuhan rata-rata 2,1% per tahun. 
 
Sepanjang tahun lalu, konsumsi kertas dalam negeri mencapai 7,8 juta ton, dan kebutuhan dunia saat ini sebesar 394 juta ton. Pertumbuhan kebutuhan kertas di negara maju akan meningkat sekitar 0,5% per tahun sehingga diyakini mencapai 394 juta ton pada 2020.
 
Proyeksi peningkatan kebutuhan kertas di negara-negara maju telah membuka peluang pertumbuhan volume ekspor.
 
Pemerintah telah menargetkan kapasitas ekspor pulp dan kertas diharapkan meningkat 10% tahun ini. Ekspor pulp dan kertas tahun lalu bahkan mampu berkontribusi hingga US$ 6,2 miliar, atau sekitar 5% dari total ekspor Indonesia.
 
“Pasar ekspor nantinya akan banyak diarahkan ke China dan negara-negara Timur-Tengah,” ungkapnya.
 
Dwi Sudharto, Direktur Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hutan Kementerian Kehutanan,  mengungkapkan mekanisme ekspor pulp dan kertas ke depan perlu mengikuti sistem verifikasi legalitas kayu (SVLK). Setiap unit industri harus mengantongi SVLK apabila produknya ingin diterima di negara tujuan ekspor.
 
Menurut Dwi, pemerintah Indonesia telah menandatangani nota kesepahaman dengan sejumlah negara Uni Eropa, Amerika Serikat, Jepang dan China untuk mengimplementasikan SVLK. Dengan begitu, imbuhnya, proses lacak balak kayu dapat dibuktikan dari sumber lahan yang mengantongi izin.
 
Pemerintah telah menunjuk lima lembaga verifikasi yang akan membidani sertifikasi bagi sejumlah unit industri di sektor kehutanan.
 
Lembaga verifikasi tersebut akan meninjau legalitas kayu sesuai prinsip tata kelola hutan yang diatur oleh Kementerian Kehutanan. Produk kehutanan yang dinyatakan legal akan diberi tanda dan dokumen khusus oleh lembaga penilai dan verifikasi independen. (sut)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Gajah Kusumo
Editor : Sutarno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper