Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

 

JAKARTA: Perubahan harga jual ekspor gas alam cair (LNG) dari kilang Tangguh di Teluk Bintuni Papua Barat ke Provinsi Fujian China baru dapat dieksekusi pada 2013 mengikuti kesepakatan kontrak di mana price review dapat dilakukan setiap empat tahun pasca ekspor perdana pada 2009.
 
Kepala Divisi Humas, Sekuriti, dan Formalitas BP Migas Gde Pradnyana mengungkapkan proses renegoisasi yang berjalan saat ini masih dalam tahap dialog dan pendekatan. 
 
"Pemerintah  saat ini terus mengupayakan lobi bilateral dengan pemerintah China untuk menaikkan batas harga minyak mentah yang dipakai sebagai patokan harga gas," ujarnya kepada Bisnis hari ini.
 
Harga gas ekspor dari Tangguh ke Fujian saat ini hanya sebesar US$ 3,5 per million metric british thermal unit (mmbtu). Harga tersebut jauh di bawah harga gas di pasar internasional yang kini telah menembus banderol US$ 15 per mmbtu. 
 
Menurut Gde, sejumlah pemangku kepentingan seperti Kementerian ESDM, Kementerian Keuangan, dan BP Migas akan segera menggelar dialog interdepth untuk menindaklanjuti hasil kunjungan Presiden ke China yang salah satunya membahas renegoisasi harga jual ekspor gas Tangguh.
 
Gde optimistis posisi tawar Indonesia dengan China dalam situasi prima karena kepentingan negeri tirai bambu yang ingin segera beralih dari konsumsi minyak bumi ke gas alam. Dia menilai kebutuhan China terhadap gas terus meningkat menyusul terus merangkaknya harga minyak dunia.
 
Selain itu, ucap Gde, kerja sama ekonomi Indonesia-China kian meningkat apabila kesepakatan perubahan harga ekspor gas Tangguh ke Fujian dapat terealisasi. Produksi gas Tangguh akan menyuplai kebutuhan listrik di Fujian yang ditaksir mencapai 10.000 megawatt.
 
“Peran pemerintah sangat penting karena ekspor gas Tangguh tidak murni business to business. Kalau pendekatan tahun ini terus dilakukan maka tahun depan kita sudah bisa mengubah harga jual ke Fujian,” ungkapnya.
 
Menurut Gde, harga jual ekspor gas Tangguh ke Fujian diharapkan dapat menyesuaikan kontrak yang disepakati dengan Jepang. Harga jual ekspor gas ke negeri matahari terbit tersebut kini mencapai US$ 15—17 mmbtu. 
 
“Harga persisnya belum tahu. Kalaupun sudah ada, kami tidak akan bocorkan ke media massa,” cetusnya.
 
 
Harga jual ke PGN
 
Selain mendorong perubahan harga jual ekspor LNG Tangguh ke Fujian, BP Migas juga berencana mengupayakan perubahan harga jual gas yang diserap oleh Perusahaan Gas Negara. Gde menilai harga jual gas ke PGN saat ini masih sangat rendah yakni sekitar US$ 1,85 mmbtu.
 
Apalagi, menurut Gde, terminal penyimpanan dan regasifikasi gas terapung (FSRU) Teluk Jakarta yang dikelola Pertamina dan PGN kini masih kekurangan pasokan gas.
 
FSRU Teluk Jakarta baru memeroleh komitmen pasokan gas 200 juta kaki kubik per hari atau 1,5 juta metrik ton dari kebutuhan 400 juta kaki kubik per hari.
 
Menurutnya, BP migas bersedia memenuhi sisa kebutuhan suplai gas ke FSRU Teluk Jakarta apabila proses price review dapat terealisasi. Dia berharap renegoisasi nantinya dapat meningkatkan harga jual hingga di atas US$ 5 mmbtu.
 
“Kalau yang sekarang terlalu rendah yakni US$ 1,85 mmbtu. Kami mau setidaknya US$ 6 mmbtu,” jelasnya. (sut)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Gajah Kusumo
Editor : Sutarno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper