Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

KENAIKAN HARGA BBM: Nilai tukar rupiah pun tertekan

JAKARTA: Bank Indonesia mengakui ketidakpastian kebijakan kenaikan bahan bakar minyak bersubsidi menyebabkan nilai tukar rupiah melemah dalam beberapa waktu ini.

JAKARTA: Bank Indonesia mengakui ketidakpastian kebijakan kenaikan bahan bakar minyak bersubsidi menyebabkan nilai tukar rupiah melemah dalam beberapa waktu ini.

 

Deputi Gubernur BI Hartadi A. Sarwono mengatakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikar beberapa pekan ini melemah lebih cepat daripada mata uang regional lain. Pasalnya, pasar menganggap wacana kenaikan harga BBM bisa menyebabkan ketidakstabilan fiskal.

 

“Persis seperti pengalaman 2008, ini [ketidakpastian kenaikan BBM] yang menyebabkan kita lebih lemah dari regional,” ujar Hartadi di Jakarta, akhir pekan lalu.

 

Selain itu, dia menuturkan kondisi perekonomian AS yang telah berangsur pulih juga menyebabkan nilai dolar AS kembali menguat dari mata uang lain.

 

Hartadi memerkirakan kenaikan harga BBM bersubsidi akan mengganggu produksi barang sementara waktu. Hambatan produksi, menurut dia, akan membuat volume ekspor berkurang dan menyebabkan nilai tukar rupiah terdepresiasi hingga Rp9.200/US$ dalam beberapa bulan.

 

Kendati demikian, menurut dia, efisiensi belanja negara akan mendorong stabilitas fiskal. Dengan begitu nilai tukar rupiah akan kembali turun ke level Rp9.000/US$ secara perlahan.

 

“Awalnya akan melemah karena dampak inflasi, tapi karena neraca pembayaran meningkat akibat pengurangan impor, rupiah bisa pulih lagi,” katanya.

 

Hartadi mengasumsikan kenaikan harga BBM bersubsidi dapat menurunkan jumlah permintaan BBM dan mengurangi volume impor migas. Dengan begitu, surplus neraca pembayaran akan mendorong nilai rupiah kembali menguat.

 

Namun, Ketua Badan Anggaran Dewan Perwakilan Rakyat (Banggar DPR) Melchias Marcus Mekeng menilai asumsi lifting minyak yang berkurang akan menimbulkan naiknya nilai impor dan melemahkan nilai tukar rupiah.

 

Faktor lain

 

Direktur Jasa Keuangan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Pungki Sumadi menambahkan terdapat sejumlah faktor yang memengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah tahun ini, selain kebijakan subsidi BBM. Adapun faktor tersebut a.l spekulasi suplai dan permintaan, kondisi perdagangan,  dan situasi ekonomi global seperti Eropa dan AS.

 

“Portofolio investasi akan sangat berpengaruh tahun ini, kondisi Eropa yang buruh bisa mengakibatkan aliran dana. Jadi kenaikan BBM tidak berdampak terlalu signifikan,” katanya.

 

Akhir pekan lalu Banggar DPR menyetujui asumsi nilai tukar rupiah senilai Rp9.000/US$, melemah dibandingkan asumsi dalam APBN 2012 Rp8.800/US$. Sementara itu asumsi lifting minyak berkurang dari 950.000 barel/hari menjadi 930.000 barel/hari. Putusan asumsi makro selanjutnya akan dibawa ke sidang paripurna dan disahkan menjadi APBNP 2012.(ea)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Erlan Imran

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper