Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Faktor fundamental ekonomi harus diperkuat

JAKARTA: Ambisi pemerintah dalam mengelola perekonomian ke depan tidak lagi hanya sebatas menjaga daya tahan ekonomi nasional dari krisis, tetapi lebih memperkuat fundamentalnya di tengah dinamika ekonomi global yang semakin kompleks.Mahendra Siregar,

JAKARTA: Ambisi pemerintah dalam mengelola perekonomian ke depan tidak lagi hanya sebatas menjaga daya tahan ekonomi nasional dari krisis, tetapi lebih memperkuat fundamentalnya di tengah dinamika ekonomi global yang semakin kompleks.Mahendra Siregar, Wakil Menteri Keuangan, menuturkan dewasa ini krisis keuangan banyak terjadi di belahan bumi lain. Meski episentrum krisis jauh dari Indonesia, pemerintah dan bank sentral telah menyiapkan sejumlah katup pengaman jika sewaktu-waktu imbasnya masuk ke Tanah Air."Kondisi saat ini, krisis global akan terus memburuk. Dalam dua tahun ke depan kita akan menghadapi ketidakpastian, dalam konteks berbagai pola hubungan ekonomi, keuangan, dan arus modal yang mencari titik keseimbangan," ujar Mahendra dalam Seminar Otoritas Jasa Keuangan, pagi ini.Tantangan perekonomian Indonesia terkini, katanya, tidak lagi sekadar menjaga daya tahan ekonomi, tetapi berupaya memperkuat fundamental dan mereposisi ekonomi di kancah dunia. Untuk itu, dengan tetap melanjutkan reformasi di berbagai bidang, termasuk membentuk OJK, diharapkan reposisi ekonomi Indonesi bisa lebih jauh."Tantangannya bukan hanya sekedar bisa bertahan dari perkembangan ekonomi global, tapi justru setelah kondisi global membaik, kita harus bisa mereposisi perekonomian lebih jauh, tidak hanya sekedar survive," tuturnya.Menurutnya, Kawasan Eropa dan Amerika Serikat tidak lagi bisa diandalkan untuk bisa menjadi motor ekonomi dunia. Satu-satunya kawasan yang memungkinkan untuk bisa mengawal perekonomian dunia tetap tumbuh adalah negara-negara berkembang di Asia, termasuk Indonesia, mengingat memiliki sumber pembiayaan yang tinggi karena kelebihan saving."Asia satu-satunya kawasan yang mengalami surplus neraca pembayaran, cadangan devisa bank-bank sentral Asia luar biasa besar. Fiskalnya mayoritas seimbang, sedikit defisit. Tapi Asia memiliki ekses saving, kelebihan saving, jauh lebih besar dari pada kebutuhan investasi".Saat ini, kata Mahendra, kontribusi ekonomi Asia terhadap PDB global memang baru 25%, tetapi sumbangannya terhadap pertumbuhan dunia mencapai 60%. Untuk itu, Asia menjadi kawasan yang sangat diharapkan bisa menjadi motor dunia, pengganti Eropa dan Amerika Serikat yang tengah terpuruk. (tw) 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis :
Editor : Nadya Kurnia

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper