Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

CUACA EKSTRIM: Pemerintah waspadai inflasi

JAKARTA : Pemerintah perlu mengantisipasi kenaikan inflasi pada kuartal I/2012, akibat cuaca ekstrim yang akan memengaruhi ketahanan pangan nasional.Deputi Bidang Ekonomi Bappenas Prasetijono Widjojo mengimbau jajaran pelaksana kebijakan tidak hanya

JAKARTA : Pemerintah perlu mengantisipasi kenaikan inflasi pada kuartal I/2012, akibat cuaca ekstrim yang akan memengaruhi ketahanan pangan nasional.Deputi Bidang Ekonomi Bappenas Prasetijono Widjojo mengimbau jajaran pelaksana kebijakan tidak hanya terfokus pada dampak inflasi akibat pembatasan bahan bakar minyak (BBM) dan kenaikan tarif dasar listrik (TDL). Melainkan memerhatikan pasokan bahan pangan untuk mengendalikan laju inflasi.“Jangan hanya terpaku [inflasi] pada BBM saja, komponen lain juga. komponen inflasi terbesar itu di beras, makanya ketahanan pangan harus diwaspadai,” ujar Prasetijono di Jakarta, akhir pekan lalu.Kondisi cuaca ekstrim, menurut dia, akan sangat memengaruhi volume hasil pangan nasional. Selanjutnya, tentu berdampak pada volatilitas harga komoditi di pasaran.Eugene Leow, Ekonom DBS Research Group, mengatakan tekanan harga merupakan salah satu faktor kunci yang memengaruhi inflasi selama 2-3 tahun terakhir.Inflasi secara garis besar diprediksikan akan tetap stabil di tahun 2012. Sementara inflasi non-inti diprediksi akan tetap di bawah4% di tiga bulan pertama 2012, sebelum terjadi perubahan kebijakan terhadap BBM bersubsidi dan tarif dasar listrik yang diperkirakan akan terjadi di bulan April. Secara keseluruhan, inflasi diperkirakan mencapai rata-rata sebesar 5,2% di sepanjang tahun2012.Senada dengan Pras, Deni Friawan, Peneliti Departemen Ekonomi Centre for Strategic and International Studies (CSIS) menuturkan pemerintah harus terus menggenjot pembangunan infrastruktur secara masif dan berkelanjutan.Selain pembangunan infrastruktur jalan tol dan pembangkit energi, menurut dia, pemerintah harus pula berkonsentrasi mengembangkan infrastruktur pertanian, sebagai penunjang ketahanan pangan.“Inflasi Indonesia bisa terkendali karena beras bobotnya besar. Maka pemerintah harus kembangkan infrastruktur pendukung pertanian,” ujarnya.Dia menjelaskan pemerintah daerah saat ini cenderung mengacuhkan komponen pendukung pertanian, seperti irigasi atau pengairan modern. Ironisnya, bahkan pemerintah seringkali membuat lahan pertanian berkurang tidak sesuai kapasitas penggunaannya.Dalam jangka pendek, Prasetijono menambahkan masih ada harapan yang cukup besar terhadap kondisi ekspor, investasi, dan industri pengolahan nasional sebagai penopang pertumbuhan ekonomi.Dari sisi ekspor, kondisi pertumbuhan ekonomi dan tingkat konsumsi China masih stabil. Sementara negara tujuan ekspor terbesar di Eropa, Belanda tidak mengalami guncangan cukup besar terhadap krisis utang.Tak sependapat, Deny menjelaskan saat ini negara tujuan utama ekspor, China dan India justru tengah melakukan pengetatan konsumsi, setelah mendorong belanja yang besar pada tahun sebelumnya. Hal ini akan berdampak pada penurunan permintaan ekspor Indonesia.“Kita sekarang tidak bisa mengharapkan India dan China, sekarang yang harus push konsumsi dari dalam negeri,” tuturnya.Kendati demikian, lanjut dia, laju konsumsi yang pesat juga harus diimbangi dengan peningkatan kapasitas produksi dan optimalisasi infrastruktur pendukung. Jika tidak, neraca berjalan akan menurun karena kelebihan impor dan potensi overheating (pemanasan ekonomi) bisa saja terjadi.(faa)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Erlan Imran
Editor : Dara Aziliya

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper