Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Delma patok produksi 50.000 ton batu bara

JAKARTA : PT Delma Mining Corporation menargetkan produksi batu bara sebesar 50.000 ton pada semester II/2012 dan akan diekspor seluruhnya ke India.Presiden Direktur Delma Mining Bob Kamandanu mengatakan tambang perseroan yang berlokasi di Kabupaten

JAKARTA : PT Delma Mining Corporation menargetkan produksi batu bara sebesar 50.000 ton pada semester II/2012 dan akan diekspor seluruhnya ke India.Presiden Direktur Delma Mining Bob Kamandanu mengatakan tambang perseroan yang berlokasi di Kabupaten Bulungan, Kalimantan Timur saat ini masih dalam tahap konstruksi, yakni masih membangun prasarana dan sarana usaha pertambangan."Rencananya produksi semester II tahun ini. Saat ini masih ada kendala pembebasan lahan. Dari 20.160 hektar lahan kita, bukan berarti bisa nambang semua di situ karena banyak juga lahan masyarakatnya," ujarnya ketika dihubungi Bisnis hari ini.Delma Mining merupakan salah satu dari 12 Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batu bara (PKP2B) yang saat ini masih dalam tahap konstruksi dan belum berproduksi. Sejak PKP2B ditandatangani pada 20 November 1997, artinya butuh hampir 15 tahun bagi Delma untuk melakukan produksi.Proses menuju produksi, lanjut Bob, memakan banyak waktu mulai dari masa eksplorasi selama 5 tahun pertama hingga menunda produksi mengingat produk batu bara perseroan adalah berkalori rendah, yakni 2.800 KKal/Kg (GAR)."Dulu jumlah lahan kami 100.000 hektar, sekarang jadinya tinggal 20.160 hektar setelah proses eksplorasi dan seterusnya. Setelah [batu baranya] diketahui berkalori rendah, itu belum bisa dipasarkan," ujarnya.Mengingat belum ada pasar untuk batu bara berkalori rendah ketika itu, Delma pun menunda produksinya hingga tercapainya keekonomian usaha berdasarkan studi kelayakan yang telah dilakukan."Akhirnya kita nunggu. Baru sekarang ini batu bara yang kalori rendah mulai ditengok. Kalau seumpamanya kualitas batu bara Delma seperti Berau Coal misalnya, pasti sudah lama kita berproduksi," ujarnya.Jika dulu Delma memaksakan untuk produksi, lanjut Bob, malah nanti tidak laku di pasaran dan perseroan bisa merugi. Bob mengatakan meski batu bara perseroan saat ini masih diekspor, namun jika nanti ada permintaan dari domestik pasti Delma akan memprioritaskan untuk menjual ke domestik."Kalau domestik ada yang butuh, kami pasti utamakan yang domestik," ujarnya.Pada 2012 ini Delma menganggarkan belanja modal atau capex (capital expenditure) sebesar US$30 juta yang lebih banyak dialokasikan untuk infrastruktur, seperti fasilitas jeti, kapal, hingga alat angkut batubara (conveyor).Selain itu, dalam rencana jangka panjang perseroan, selain meningkatkan produksi Delma juga berencana meningkatkan nilai tambah batu bara seperti melakukan gasifikasi batu bara serta membangun PLTU mulut tambang."Kami pasti akan lakukan nilai tambah. Tapi PLTU mulut tambang mungkin tidak tahun ini, rencananya 2013 dan kapasitasnya tidak besar. Kami juga berencana membuka kawasan industri di sekitar pertambangan," jelas Bob.Berdasarkan data Kementerian ESDM per Oktober 2011, secara keseluruhan sejak PKP2B generasi I (1981-1990), generasi II (1994) hingga generasi III (1997-2000) telah terdapat total 141 PKP2B. Dari jumlah itu, sebanyak 65 PKP2B sudah diterminasi dan kini tinggal tersisa 76 PKP2B yang masih aktif.Dari 76 PKP2B, sebanyak 50 PKP2B diantaranya sudah berproduksi, sementara 12 PKP2B masih dalam tahap konstruksi, 9 PKP2B masih tahap studi kelayakan dan 5 PKP2B masih tahap eksplorasi. (sut)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Sutarno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper