Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Program kerja sama UKM masih sulit

JAKARTA: Program kerja sama antardaerah yang digagas Kementerian Koperasi dan UKM di regional manajemen Kabupaten Rejang Lebong, Kepahiang, dan Lebong, Provinsi Jambi, masih terkendala untuk mengeksploitasi komoditas ikan dan kopi.

JAKARTA: Program kerja sama antardaerah yang digagas Kementerian Koperasi dan UKM di regional manajemen Kabupaten Rejang Lebong, Kepahiang, dan Lebong, Provinsi Jambi, masih terkendala untuk mengeksploitasi komoditas ikan dan kopi.

Endah Srinarni, Asisten Deputi Urusan Pengembanan Pengkaderan UKM pada Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK Kementerian Koperasi dan UKM, mengatakan kendala itu terjadi baik pada penyediaan benih ikan maupun peralatan pengolahan kopi."Untuk pengembangan komoditas ikan yang dimasukkan dalam program kerja sama antar daerah (KAD) melalui regional manajemen (RM) Kabupaten Rejang Lebon, Kepahiang, dan Lebong (Janghiangbong) terhambat pada empat sisi," ujar Endah Srinarni kepada Bisnis (Minggu, 30 Oktober 2011).Pertama, katanya penyediaan benih ikan yang belum optimal. Sebanyak 5 jenis ikan dimasukkan dalam program KAD melalui operasionalisasi RM Janghiangbong, masing-masing ikan lele, ikan nila, ikan patin, ikan emas, dan ikan gurame.Tiga sisi lainnya kendala lainnya adalah karena penyediaan pakan murah dan mudah didapat belum bisa terlaksana, pemasaran secara lokal juga belum optimal, dan untuk melakukan pengolahan terhadap komoditas yang dihasilkan juga belum maksimal.Padahal, kata Endah, budidaya ikan melalui sistem klaster seperti RM Janghiangbong sangat potensial. Sebab didukung kondisi geografis ketiga kabuten di Bengkulu yang memiliki air jernih, arus deras sebagai faktor pendukung usaha perikanan darat.Selain itu di tiga kabupaten Bengkulu juga berada di dataran tinggi yang sangat sesuai dengan iklim budidaya kopi. Dengan alasan tersebut, Kementerian Koperasi dan UKM Bersama Provinsi Bengkulu memasukkan ikan darat dan kopi Bengkulu ke program RM Janghianbong.Adapun kendala yang dihadapi mengembangkan tanaman kopi, setidaknya terbentur pada enam poin. Yakni, peralatan pengolahan belum standar, produktivitas masih rendah, mutu pasca panen belum stabil, pengolahan menjadi bubuk belum optimal, packaging atau kemasan perlu diperkuat serta kendala menjadikan komoditas kopi jadi satu merek.Agar rencana bisnis melalui klaster bisa terwujud di Bengkulu, khususnya pada tiga kabupaten yang masuk dalam RM Janghiangbong, harus menciptakan dan meningkatkan rasa percaya di antara UKM sebagi pelaku usaha. Selain itu menciptakan iklim agar kegiatan usaha dilakukan bersama."Selain itu RM Janghiangbong harus bisa memperkuat asosiasi bisnis lokal, meningkatkan dan memperkuat pasokan lokal untuk jasa ritel dan finansial, serta meningkatkan keterkaitan klaster usaha lokal dengan mitra dari luar. Ketiga pejabat kabupaten terkait sudah menyetujui hal itu," papar Endah. (ea) 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Muhammad Sarwani

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper