Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terikat FTA picu melonjaknya impor elektronik dari Singapura

JAKARTA: Melonjaknya impor elektronik dari Singapura dalam tiga bulan terakhir, Juli-September, sehingga menggeser posisi China kemungkinan terjadi karena faktor transhipment  dari negara-negara di luar mitra FTA Indonesia.Dirjen Perdagangan Luar

JAKARTA: Melonjaknya impor elektronik dari Singapura dalam tiga bulan terakhir, Juli-September, sehingga menggeser posisi China kemungkinan terjadi karena faktor transhipment  dari negara-negara di luar mitra FTA Indonesia.Dirjen Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Deddy Saleh mengatakan Indonesia terlibat dalam sejumlah kerjasama perdagangan bebas dengan sejumlah negara baik secara bilateral maupun regional.Kerjasama tersebut adalah Asean China FTA (ACFTA), Asean-Korea FTA (AKFTA), Asean Free Trade Area (AFTA), Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA), dan Asean-India FTA (AIFTA).  Dengan demikian, kata dia, impor dari negara-negara tersebut kemungkinan akan memanfaatkan akses langsung tanpa melalui negara ketiga dengan menggunakan fasilitas pembebasan bea masuk.“Kemungkinan besar dari negara-negara di luar itu. Kalau dari negara mitra FTA, untuk apa? Toh, mereka juga sudah dapat fasilitas pembebasan bea masuk, jadi tidak perlu masuk melalui Singapura,” jelas Deddy, pekan lalu.Pelaku usaha, kata dia, akan berhitung untung rugi secara cermat dalam melakukan pengiriman barang. Oleh karena itu, menurutnya, eksportir akan langsung mengekspor barang elektroniknya langsung dari negaranya.“Tidak mungkin masuk ke Singapura dulu. Kalau pun dugaannya, barang yang masuk dari Singapura itu barang dari China, untuk apa masuk melalui Singapura. Eksportir China bisa memanfaatkan ACFTA,” jelasnya.Deddy menambahkan tingginya nilai impor dari Singapura selama tiga bulan terakhir ini kemungkinan juga karena besarnya permintaan domestik terhadap produk elektronika dari Singapura itu sendiri.Dia mengatakan impor dari Singapura didominasi oleh jenis produk elektronika segmen menengah ke atas yang harganya lebih tinggi.Adapun impor dari China adalah jenis barang elektronika segmen menengah ke bawah. Oleh karena itu, kendati volume impor dari China paling besar, namun dari segi nilai kemungkinan tidak terlalu tinggi.“Jadi wajar saja terjadi impor dari Singapura tertinggi dari segi nilai sepanjang tiga bulan terakhir. Permintaannya mungkin tidak banyak tetapi karena nilainya tinggi, maka nilai impornya lebih besar dari China,” ujar Deddy.Lebih lanjut Deddy mengatakan impor dari Singapura tersebut dapat ditelusuri melalui Surat Keterangan Asal (SKA) untuk mengetahui asal barang. “Tugas dari Bea Cukai untuk memeriksa kebenaran form yang dipakai.”(api)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper