SURABAYA:Kondisi perekonomian global serta pergerakan US Dollar yang belum stabil telah mengakibatkan produsen elektronika di Indonesia kesulitan menaikkan harga jual produk kendati harga sebagian besar bahan baku telah lama mengalami lonjakan.Director Consumer Business Electronics PT Samsung Electronics Indonesia, Iffan Suryanto mengatakan seharusnya harga produk elektronika di Indonesia sudah naik. Pasalnya harga bahan baku seperti plastik, logam dan sebagainya sudah lebih dulu mengalami kenaikan.“Namun hampir semua produsen memilih tetap mempertahankan harga lama karena mereka masih harus melihat bagaimana kelanjutan dari pergerakan US Dollar serta kondisi makro ekonomi secara global,” ujar Iffan hari ini.Menurut dia industri elektronika di dalam negeri masih mau melihat sampai dimana level stabil dari nilai tukar US Dollar karena hal itu akan terkait dengan stabilitas harga material bahan baku dari produk bersangkutan. “Kalau untuk saat ini produsen akan kesulitan jika harus menaikkan harga jual.”Apalagi produk elektronika ini erat kaitannya dengan perkembangan teknologi informasi. Begitu muncul produk dengan teknologi baru, tambah dia , cepat atau lambat akan langsung menggeser produk yang lama. Dengan sendirinya harga model elektronika yang lama akan turun.“Kondisi seperti itu bisa berlangsung cepat, bisa juga dalam waktu yang lama, tergantung dari perkembangan daya beli masyarakat,” ujarnya.Iffan memperkirakan sampai akhir 2011 kemungkinan besar produsen elektronika masih akan tetap mempertahankan harga yang lama. Sementara itu untuk menyiasati lonjakan biaya produksi perseroan bisa mencari terobosan tekonogi terbaru.Dia mencontohkan di Samsung yang hingga kini tetap fokus pada produk premium. Dengan begitu konsentrai produksinya akan mengikuti tren perkembangan teknologi terbaru. Termasuk untuk mobile phone yang saat ini sudah menguasai market di empat kota yakni Jakarta, Bandung, Cirebon dan Sukabumi. “Kami berharap akan menyusul kota-kota besar lainnya seperti Surabaya dan sebagainya.”(api)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel