Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Lahan terancam puso di Jabar capai 26.000 ha

BANDUNG: Luas lahan pertanian yang terancam puso di Jabar mencapai sekitar 26.000 ha dari total luas lahan 950.000 ha.Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Jabar, Endang Suhendar, mengatakan hingga Agustus telah tercatat 9.000 ha lahan sawah yang

BANDUNG: Luas lahan pertanian yang terancam puso di Jabar mencapai sekitar 26.000 ha dari total luas lahan 950.000 ha.Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Jabar, Endang Suhendar, mengatakan hingga Agustus telah tercatat 9.000 ha lahan sawah yang terkena puso, sementara yang kekeringan 37.000 ha."Petani yang lahannya terkena puso bisa melapor ke pemerintah kabupaten/kota masing-masing untuk mengajukan bantuan penanggulangan padi puso (BP3). Diperkirakan lahan puso di Jabar mencapai 26.000 ha," ujar Endang kepada Bisnis hari ini.Dia mengatakan Dinas Pertanian Jabar telah menerima beberapa laporan pengajuan tersebut dari beberapa kelompok tani yang tersebar di berbagai kabupaten dan kota di Jabar, a.l Kabupaten Bandung seluas 197 ha, Cianjur 30 ha, Bandung Barat 3 ha, dan Indramayu 97 ha.  "Yang sudah diverifikasi baru Indramayu saja," ujarnya.Menurutnya, Dinas Pertanian Jabar akan menerapkan seleksi yang ketat untuk pengajuan bantuan ini. Karena, tambah Endang, Kementerian Pertanian sendiri hanya menetapkan jumlah luas lahan puso secara nasional yang bisa mendapat bantuan dalam jumlah minim, yaitu 100.000 ha. "Mereka yang mendapat bantuan harus betul-betul memenuhi criteria yang ditetapkan pemerintah," ujarnya.Kriteria tersebut, lanjut Endang, adalah jika tanaman tersebut terkena puso setelah tiga hari tanam, paling sedikit 75% lahan yang rusak akibat puso, dan diberikan melalui kelompok yang sudah memiliki rekening kelompok. Pengajuan bantuan tersebut terbagi dalam dua periode, yaitu pada Maret-Juni dan Juli-September.Dia menjelaskan setiap kelompok yang telah memenuhi kriteria nantinya akan mendapat dana bantuan sebesar Rp3.700.000 per ha.  "Dana tersebut untuk penggantian kerusakan, pembelian pupuk dan benih, serta biaya kerja," katanya.(k29/tw) 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : News Editor
Editor : Nadya Kurnia
Sumber : Dinda Wulandari

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper